Chapter Bab 106
Bab 106 Menantu akan Menjadi Milik Orang Lain
+15 BONUS
Kayla tidak lanjut mengoceh, dia melontarkan suatu tatapan kepada Davin yang mengisyaratkan, “Lihat. kamu memang nggak memahaminya.”
Dia menghela napas sambil mengumpat dalam hati, ‘Monster berwajah manusia memang pandai menipu orang.”
Melihat keyakinan Davin, dia sungguh ingin membocorkan wujud asli Theo. Lupakan saja, mereka adalah sahabat yang tumbuh bersama, seperti sahabat sehidup semati. Sebaiknya dia tidak menjadi orang jahat yang mengadu domba mereka.
Saat ini sudah sore hari. Jalanan sepi, mereka hanya membutuhkan waktu sepuluh menit untuk berkendara dari apartemen ke mal.
Karena Davin sudah mengantarnya ke sini, dia tidak mungkin langsung mengusir Davin pergi. Bagaimanapun, Davin bukanlah sopir yang dia sewa.
Kayla melepaskan sabuk pengamannya sambil bertanya dengan penuh pertimbangan, “Kamu mau masuk nggak? Sekalian membantuku pilih–pilih barang?”
Kayla mengajaknya masuk hanya karena sungkan, dia bahkan tidak tulus, tetapi Davin langsung
mengiakan. “Boleh.”
Kayla tertegun.
Mereka berkeliling dari lantai satu sampai ke lantai enam. Selain tiga lantai di pertengahan yang
menjual produk wanita dan anak–anak, mereka sudah mengelilingi semua lantai, tetapi tidak
menemukan barang yang cocok.
Berdasarkan hubungannya dengan Hardy, dia tidak boleh memilih barang yang terlalu mahal karena akan membuat Hardy merasa terbebani, tetapi juga tidak boleh terlalu murah karena akan terkesan tidak tulus. Selain itu, dia juga tidak mungkin membeli keperluan pribadi seperti pakaian dan sepatu, hubungan mereka tidak sedekat itu. Pada akhirnya, dia pun memilih satu set perlengkapan kaligrafi
lengkap.
ali yang
Selama bekerja di Studio Yunox, Kayla cukup beruntung karena bisa melihat seni kaligrafi Hardy. Kemampuannya berada di level yang berbeda. Tulisannya jelas dan tajam, setiap kata dan goresant
seperti terukir dari perak.
Kayla mengambil kotak hadiah yang diberikan pelayan sambil berterima kasih pada Davin. “Terima kasih banyak sudah menemaniku, aku akan mentraktirmu di lain hari.”
Davin banyak membantunya dalam memilih perlengkapan kaligrafi ini. Kayla tidak menyangka pemahaman Davin terhadap perlengkapan kaligrafi sangat dalam. Dia mengira orang–orang yang akan
menggunakan benda seperti ini hanyalah ahli di bidang ini atau orang tua.
+15 BONUS
Davin menjawab, “Bukan apa–apa.”
Keduanya bergurau sambil keluar dari toko.
Evi yang bora
yang berada di kejauhan melihat adegan ini. Dia buru–buru menarik orang di sampingnya untuk bersembunyi di balik pilar.
Rina Chowandy yang sedang pun hampir jatuh karena tiba–tiba ditarik, setelah menstabilkan langkahnya, dia pun bertanya, “Apa yang kamu lakukan? Jadi maling?”
Dia dan Evi adalah teman lama. Namun, beberapa tahun ini dia tinggal di luar negeri dan baru saja kembali dua hari yang lalu. Hari ini mereka baru punya waktu untuk bertemu.
Awalnya, Rina mengajak Evi pergi minum kopi di lantai atas, tetapi kebetulan mereka melewati toko perlengkapan seni dan Evi bilang dia ingin membelikan sesuatu untuk Kayla.
Evi bertanya, “Apa pendapatmu soal mereka berdua?”
Hanya ada sedikit orang di lantai ini, mata Rina langsung tertuju pada sepasang pria dan wanita yang berjalan berdampingan. Meskipun dia tidak tahu mengapa Evi tiba–tiba mengajukan pertanyaan seperti ini, dia menjawab dengan jujur, “Bagus. Tampan dan cantik, aura mereka juga sangat cocok. Mereka tampak sangat ramah, sepertinya mereka ditakdirkan untuk bersama. Kelak anak mereka pasti akan sangat menawan.”
Karena baru saja menggendong cucu, Rina suka mengaitkan segala sesuatu dengan anak.
Selama dia tinggal di luar negeri, dia hanya mendengar Theo sudah menikah, tetapi dia belum pernah melihat istri Theo sehingga tidak mengenali Kayla.
Melihat ekspresi Evi berubah muram, dia pun lanjut berkata, “Apa yang kamu lakukan? Seperti langit mau runtuh saja. Jangan–jangan karena sudah mau menopause, kamu mulai iri dengan pasangan muda?”
Evi mendeliknya. “Jawab dengan jujur, siapa yang lebih tampan. Dia atau Theo?”
Rina merasa sahab
lamanya ini sangat aneh. Namun, melihat tatapan Evi yang membara, dia pun terpaksa menjawab, “Dia dan Theo bukanlah tipe pria yang sama. Pria ini lemah lembut dan ramah. Sedangkan Theo lebih cuek dan memiliki aura yang kuat. Dari segi penampilan, mereka sama–sama adalah pria yang tampan.”
Evi menjadi tertekan. “Lemah lembut memang bagus. Wanita mana yang suka dicuekin setiap hari? Kalau disuruh pilih, aku pun nggak akan pilih pria berengsek seperti Theo. Bukan hanya cuek, tapi juga nggak setia dan terus berhubungan dengan Raline. Lihatlah Davin, dia nggak pernah digosipkan dengan wanita, juga nggak mempunyai teman dekat wanita.”
Dia terus bergumam, seperti sedang melantunkan sutra. “Masih mau jalan–jalan nggak?” tanya Rina,
“Nooak abim
untuk dicocokkan.” Dia berkata dengan sedih, “Mungkin suatu hari nanti akan dibutuhkan.”
Dilihat dari situasi ini, mungkin akan segera dibutuhkan!
Sayang sekali, menantu sebaik ini akan menjadi milik orang lain!
Setelah meninggalkan mal, Evi langsung pergi ke Perusahaan Oliver….
Dia jarang datang ke perusahaan. Ketika melihatnya, Axel tertegun sejenak, lalu buru–buru menyambutnya. “Nyonya, kenapa Anda datang ke sini?”
“Apa Theo ada di kantor?”
“Ada.”
Evi mengangguk. “Kembalilah bekerja, nggak perlu buatkan teh.”
Melihat ekspresi Evi yang tampak seperti ingin membunuh orang, Axel hendak masuk untuk melaporkan pada Theo terlebih dahulu. Namun, ketika dia baru melangkah, Evi sudah menatapnya dengan dingin!
Evi mendorong pintu kantor Theo. Melihat putranya yang tidak kompeten itu sedang menundukkan kepala untuk membaca dokumen, dia tiba–tiba berkata dengan marah, “Kamu menghasilkan begitu banyak uang agar bisa menyewa perawat yang nggak menyiksamu di hari tua nanti?”
Davin yang belum pernah pacaran pun menemani Kayla berbelanja, tetapi Theo malah sibuk bekerja.
Theo tidak tahu siapa yang menyinggung ibunya lagi. Namun, melihat ibunya begitu marah, dia menduga ayahnya–lah yang membuat ibunya marah. Dia berdiri dengan tidak berdaya, “Bu, kenapa Ibu datang ke sini?”
Dia mengulurkan tangan untuk memapah Evi, tetapi Evi menolak. Evi mendengus dingin dan langsung duduk di sofa. “Sudah berapa lama kamu nggak menemani Kayla berbelanja?”
Theo terdiam. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan ini.
Baik sesudah ataupun sebelum nikah, dia tidak pernah menemani Kayla berbelanja. Namun, kalau Evi mengetahui hal ini, Evi pasti akan langsung menamparnya.
Bagaimanapun, Theo adalah putra kandung Evi. Melihatnya diam, Evi dapat menebak jawabannya.
Dalam hal ini, putranya memang tidak dapat dibandingkan dengan Davin.
“Apa kamu tahu tanggal lahir Davin?”
Meskipun zaman sekarang orang–orang tidak terlalu percaya dengan takhayul, tanggal lahir adalah. pengecualian. Selain digunakan untuk mencetak akta kelahiran, tanggal lahir juga dapat digunakan
untuk hal–hal tertentu.
Seperti mencocokkan tanggal lahir.
Mengingat ekspresi marah Evi ketika masuk dan ucapannya sekarang, pandangan Theo berubah dingin.
+15 BONUS
“Untuk apa Ibu menanyakan ini?”
“Mencocokkan tanggal lahir Davin dan Kayla. Sekalipun kalian bercerai, aku sudah menganggapnya sebagai putriku. Hal–hal seperti ini memang nggak bisa dipercaya sepenuhnya, tetapi juga nggak boleh
diabaikan.”
Theo yang kesal pun mengambil rokok dan korek api di atas meja. Ketika hendak menyalakan rokok, dia teringat akan kondisi kesehatan Evi, jadi dia pun meletakkan kembali benda–benda di tangannya. “Bu, apa kamu mendengar sesuatu lagi?”
Kalau tidak, kenapa tiba–tiba ingin mencocokkan tanggal lahir mereka?