Pak Theo, Nyonya Pergi Berkencan Lagi by Sakura

Chapter Bab 107



Bab 107 Terlihat seperti Pria Santun 

+15 BONUS 

Evi melirik Theo yang tampak kesal. “Memangnya kenapa kalau aku mendengar sesuatu? Apa ada hubungannya denganmu? Cukup jawab pertanyaanku. Kalau nggak tahu, telepon dan tanyakan padanya, 

dasar lamban.” 

Sejak menikah, ini bukan pertama kalinya Theo dimarahi oleh Evi. Dia mengusap alisnya dengan lesu sambil berkata, “Kami belum bercerai. Lagian, menurut Ibu, apakah Keluarga Warly akan mengizinkan Davin menikahi wanita yang sudah pernah bercerai?” 

“Kenapa nggak mengizinkan? Kalau mereka merasa Kayla nggak layak untuk keluarga mereka, mereka yang buta.” 

Meskipun berkata demikian, Evi tahu bahwa Keluarga Warly belum tentu bisa menerima hal ini. 

Keluarga Warly bukanlah keluarga biasa. Banyak gadis keluarga kaya yang menantikan kesempatan untuk menjadi istri Davin. Meskipun Kayla mendapatkan dukungannya, Kayla pernah memiliki hubungan dengan Theo…. 

Sepertinya dia harus coba menanyakan pendapat Keluarga Warly. Kalau memang tidak adal kesempatan, dia akan membujuk Kayla untuk mencari pria lain.. 

Namun, untuk memastikan hal ini, dia harus menunggu Galih kembali dari Kota Baram. Selain tidak akrab dengan nyonya Keluarga Warly, mereka juga kurang cocok. 

Theo tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Evi. Namun, melihatnya tidak lagi membantah, Theo pun mengira dia sudah mengerti. “Bu, kenapa kamu tiba–tiba ingin menjodohkan Kayla dengan Davin?” 

“Mereka sudah berjalan–jalan bersama dengan mesra, mana perlu kujodohkan.” 

Setelah mengucapkan kalimat ini dengan kesal, Evi pun mendelik Theo dengan tatapan yang mengisyaratkan “dasar sampah, pertahankan istri saja sulit dan berbalik pergi. 

Lima menit kemudian, Theo memerintahkan Axel mengantar dokumen. “Caritahu di mana Kayla 

sekarang.” 

Mendengar nama Kayla, sekujur tubuh Axel menjadi tegang. Untung saja dia sudah melakukan persiapan dengan menyuruh orang menyelidiki hal ini. “Nyonya Kayla berada di Paunia, dia sedang makan bersama pengurus Studio Yunox, Pak Hardy.” 

Bagaimanapun, bawahan selalu bertindak sesuai sikap bos. Sebelumnya, saat Theo selalu 

mengabaikan Kayla, bisa dibilang Axel cukup menghormatinya. Axel selalu memanggilnya “Nona Kayla. 

Bu Kayla“. Akhir–akhir ini, Axel dapat merasakan perubahan sikap Theo dan segera memanggil Kayla dengan sebutan “Nyonya Kayla“. 

Paunia adalah sebuah restoran khas Timur yang dibangun dengan gaya tradisional. Di dalamnya ada gazebo beratap runcing yang dipadukan dengan ubin berwarna merah–hijau. 

Kayla tiba sepuluh menit lebih awal. Saat pelayan mengantarnya ke ruangan pribadi yang sudah dipesan, dia baru tahu bahwa Hardy sudah tiba dan sedang meminum teh. “Pak Hardy, maaf aku 

terlambat.” 

Hardy melambaikan tangannya. “Aku yang datang lebih awal. Aku suka teh mereka, jadi nggak sabar datang untuk mencicipinya.” 

Kayla memberikan hadiah yang dibawanya. “Pak Hardy, aku sudah banyak merepotkan Bapak selama bekerja di Studio Yunox, ini hadiah kecil dariku. Mohon diterima.” 

Hardy tidak menolak. “Aku malah ingin direpotkan, tapi kamu sangat disiplin. Mau direpotkan pun nggak 

bisa. Kalau Rio sepertimu, aku akan sangat gembira.” 

Kayla pun menjawab dengan sopan. 

Setelah berbasa–basi sejenak, Hardy mulai membicarakan topik utama. “Aku sudah meneleponmu beberapa kali untuk mengundangmu kembali ke Studio Yunox, tapi kamu terus menolak. Jadi, hari ini 

aku terpaksa datang secara pribadi.” 

Kayla berkata, “Pak Hardy….” 

Hardy mengangkat tangannya untuk menyela Kayla, “Dengarkan dulu. Aku tahu penanganan Studio 

Yunox kali ini membuatmu kecewa. Tapi aku bukan datang demi Studio Yunox, melainkan demi ribuan benda yang perlu diperbaiki. Kalau semua benda itu berhasil diperbaiki, sejarah akan menjadi makin bervariasi dan orang–orang akan lebih memahami masa lalu. Seperti yang kamu ketahui, kita sangat kekurangan orang. Ada banyak benda antik yang digali, tetapi nggak ada yang bisa memperbaikinya. Benda–benda itu mungkin akan menumpuk di gudang selama bertahun–tahun.” 

Matanya tertuju pada Kayla, tetapi dia seolah–olah sedang melihat orang lain. “Omong–omong, kamu agak mirip dengan Riana, ahli restorasi yang terkenal. Selain teknik kalian yang mirip, wajah kalian pun 

agak mirip.” 

Mendengar Hardy memanggil nama panggung ibunya, Kayla pun tidak bisa mengendalikan emosinya. ” Pak Hardy, Anda… kenal Riana?” 

Dia sudah lama ingin melontarkan pertanyaan ini, tetapi terus menahan diri. 

Penyebab kematian ibunya cukup mencurigakan. Dia dan kakeknya sudah diam–diam menyelidiki hal ini selama bertahun–tahun, tetapi mereka hanya menemukan bahwa kecelakaan ini dilakukan oleh seseorang yang berkecimpung di bidang ini. Soal alasannya, sepertinya karena sebuah lukisan yang. sedang diperbaiki ibunya. 

Kabarnya, lukisan itu membawa sial. Siapa pun yang menyentuh lukisan itu akan mati dengan tragis. 

Namun, Kayla tidak percaya. Apakah lukisan dapat berubah menjadi roh yang mencelakai manusia? 

Selain menyukai profesi ini, alasan dia menekuni profesi ini adalah karena ingin menemukan orang yang 

mengetahui rahasia di balik insiden itu. 

2/4 

+15 BONUS 

Hardy berkata, “Dulu Riana juga bekerja di Studio Yunox. Dia adalah murid terakhir guruku. Bisa dibilang aku adalah kakak seperguruannya. Saat itu, seorang gadis berusia 20–an tahun tiba–tiba bergabung dengan tim kami yang semua anggotanya sudah berusia 40–an tahun. Kami benarbenar merasa sangat terpukul, tapi kemudian dia meninggalkan profesi ini demi seorang pria.” 

Kayla menggertakkan giginya sambil berkata, “Sayang sekali. Kalau aku tahu siapa pria itu, aku pasti akan mematahkan kakinya. Tapi lupakan saja kalau pria itu baik padanya.” 

Kayla menunduk sambil berkata dengan pelan, “Jadi apakah kalian masih berkomunikasi?” 

“Kami putus kontak sepuluh tahun yang lalu.” 

Ibunya meninggal sepuluh tahun yang lalu. 

“Apakah dia mengatakan sesuatu padamu sebelum putus kontak?” 

Hardy menyadari ada yang aneh dengan Kayla, dia bertanya, “Kamu kenal Riana?” 

dialami ibunya. 

Kayla membuka mulutnya, dia hendak menceritakan seluruh kejadian yang Dibandingkan dengannya, koneksi Hardy di bidang ini lebih luas. Selain itu, Hardy juga adalah kakak seperguruan ibunya, Hardy pasti mengetahui banyak hal yang tidak diketahui olehnya dan kakeknya. Namun, pada akhirnya dia tetap menahan diri. “Nggak, aku hanya penasaran dengan senior yang dipuji olehmu.” 

Insiden itu sangat membingungkan. Dia tidak yakin apakah Hardy benar–benar tidak berhubungan 

dengan kematian ibunya, jadi dia masih tidak boleh menceritakan kematian ibunya

“Pak Hardy, aku setuju untuk kembali bekerja ke Studio Yunox.” 

Setelah keluar dari Paunia, Kayla baru tahu sedang turun hujan. 

Hujan gerimis membuat langit menjadi berkabut. Angin dingin yang disertai dengan air hujan berembus masuk melalui kerah baju, manset dan kaki hingga membuatnya kedinginan. 

Tadi dia datang dengan menumpangi mobil Davin, jadi sekarang dia harus pulang dengan naik taksi. 

Hardy mengangkat payung yang dipinjamkan oleh restoran sambil berkata, “Key, apakah kamu 

mengemudi? Kalau nggak, biar kuantar.” 

Kayla menggelengkan kepalanya untuk menolak. “Nggak usah, aku 

Dia menunjuk ke jalan dan hendak mengatakan bahwa dia bisa pulang dengan naik taksi. Namun, sebelum dia menyelesaikan ucapannya, tangannya sudah dipegang oleh seseorang. 

Dilihat dari ukuran tangan, orang itu adalah laki–laki. Karena tangannya dipegang, telapak tangan yang hangat pun menyentuh tangannya yang dingin. 

Kemudian, sebuah payung besar berwarna hitam menutupi kepalanya untuk menghalangi air hujan. Pak Hardy, nggak usah merepotkan Anda.” 

Ketika dia berbicara, Kayla kebetulan berbalik untuk melihatnya. 

Entah dari mana Theo menemukan sebuah kacamata yang dapat menutupi cahaya dingin di matanya. dan menyembunyikan ekspresi galaknya. Bahkan senyumannya pun tampak sangat lembut dan ramah. Alhasil, dia terlihat seperti pria santun. 

Ini adalah aura ramah dan sopan yang disukai oleh para tetua. 

Kayla menggertakkan giginya sambil berkata dengan pelan, “Theo, apa yang ingin kamu lakukan?“


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.