Pak Theo, Nyonya Pergi Berkencan Lagi by Sakura

Chapter Bab 104



4

Bab 104 Theo, Apakah Kamu Pernah Menyukaiku? 

Suara ketukan pintu itu terdengar sangat keras dan mendesak. Jangankan penghuni di lantai ini, bahkan penghuni di lantai atas dan bawah pun kaget. 

Kayla bangkit dari tempat tidur, lalu berjalan ke arah pintu. Dia membuka pintu dengan kuat. 

Terlihat seseorang di luar pintu…. 

Viola terbungkus rapat seperti pangsit. Jangankan Kayla, bahkan ibu kandungnya pun belum tentu bisa mengenalnya! 

“Kenapa mencariku?” 

Tadi dia masih bertanya–tanya bagaimana bisa Viola masuk ke sini. Berbeda dengan sikap Theo saat muncul di TV, penampilan Viola saat ini tampak seperti buronan. Melihat seragam tukang bersih–bersih yang dipakai Viola, dia pun mengerti. 

Dia sudah meremehkan Viola. 

“Kak, tolong minta Kak Theo membantuku. Orang–orang itu keterlaluan, entah dari mana menemukan 

video seperti itu dan menyebarkannya ke media sosial.” Dia berusaha keras untuk masuk ke dalam, 

tetapi terus dihalangi oleh Kayla. Pada akhirnya, dia pun menyerah. 

Setelah Viola selesai berbicara, Kayla pun menjawab, “Kenapa aku harus membantumu? Viola, dengan hubungan kita, sudah baik aku nggak ikut menghinamu. Sekarang kamu malah berharap aku menolongmu? Bukankah kamu sangat senang saat menjebakku dulu dan menyaksikan betapa 

sengsaranya aku?” 

Dia tidak tahu apakah Viola memahami maksudnya, Setelah termenung selama beberapa detik, Viola pun menggertakkan giginya sambil berkata, “Kamu yang menyebarkan video itu?” 

Kayla tidak menjawab, dia hanya mengangkat alisnya. 

“Jawab, kamu yang melakukannya? Pasti kamu, selain kamu, nggak ada orang yang begitu membenciku. 

“Hmph.” Kayla mendengus dingin. “Kamu sungguh percaya diri dengan hubungan sosialmu.” 

Orang–orang yang diintimidasi olehnya di video yang tersebar mungkin ingin langsung membunuhnya. 

“Dasar jalang.” Viola mengangkat tangannya dan hendak menerjang ke arah Kayla. Reaksi Kayla sangat cepat, Kayla langsung menutup pintu. 

Viola langsung membentur sistem keamanan pintu. Cakar yang seharusnya menggores wajah Kayla pun mengenai pintu. Alhasil, kukunya patah karena terlalu kuat. 

Kayla berkata, “Kalau kamu berani membuat keributan lagi, aku akan menyuruh semua orang di gedung 

15 BONUS 

ini melihat selebgram yang sedang populer belakangan ini.” 

Viola buru–buru memakai masker dan topi, lalu melihat sekeliling. Dia seperti seorang maling. Setelah memastikan tidak ada orang lain, dia pun pergi dan terpaksa menahan amarahnya. “Kayla, kejam kamu!” 

Beberapa hari ini, suasana di Perusahaan Oliver agak mencekam. Semua orang cemberut dan tidak ada yang berani menimbulkan suara keras saat berbicara maupun bekerja. 

Karena suasana hati Theo sedang buruk. 

Dalam beberapa hari ini, semua orang yang masuk ke kantornya untuk melaporkan pekerjaan akan keluar dengan keringat dingin. 

Theo tidak memarahi mereka, hanya menatap mereka dengan alis dingin dan ekspresi yang 

mengisyaratkan “Apa kamu sampah? Hal semudah ini pun nggak becus“. Auranya saja sudah membuat orang sulit bernapas. 

Axel memegang lukisan yang sudah dibingkai ulang. Dia menarik napas dalam–dalam, lalu mengetuk pintu. Di sampingnya ada Raline. 

Hari ini dia datang untuk menandatangani kontrak dengan Theo. 

Sebelumnya Theo setuju untuk berinvestasi pada tim tarinya, tetapi belum menandatangani kontrak. 

Dia tidak menyangka akan begitu kebetulan. Ketika datang, dia melihat Axel sedang memegang lukisan berbingkai dan hendak mengantarkan lukisan itu. 

Mata Ra 

Raline tertuju pada lukisan di tangan Axel dan ekpsresinya berubah dingin. 

Axel berkata, “Nona Raline, tunggu sebentar. Aku akan masuk untuk memberi tahu Pak Theo dulu.” 

Raline mengangguk. “Oke, terima kasih, Pak Axel.” 

Axel membuka pintu dan masuk. Theo sedang membaca dokumen, alisnya berkerut dan sudut bibirnya 

turun, dia tampak sangat kesal. 

Axel meletakkan lukisan itu dengan hati–hati sambil bertanya, “Pak Theo, lukisannya sudah dibingkai. 

Apakah perlu digantung?” 

Dia tidak menyangka Theo akan begitu menghargai lukisan yang dapat mengusir roh jahat ini. Theo bahkan mencari ahli terbaik untuk membingkai ulang lukisan ini. 

“Nggak perlu.” 

Theo memasukkan lukisan itu ke dalam laci sambil bertanya, “Siapa yang berada di luar?” 

“Nona Raline, dia membawa kontrak persetujuan investasi untuk ditandatangani Anda.” 

Sebenarnya staf di bawah dapat menangani masalah ini. Namun, karena status Raline tidak biasa, Axel 

tidak berani memutuskan secara sepihak. 

Theo termenung selama beberapa detik. Suruh dia masuk.” 

+16 BONUS 

Setelah masuk, Raline langsung meletakkan kontrak di atas meja sambil berkata dengan profesional, Pak Theo, coba lihat apakah ada yang perlu diubah?” 

Orang yang dipekerjakan Karin memberitahunya bahwa dia tidak boleh terlalu agresif dan harus menjaga jarak, tetapi juga tidak boleh terlalu lama tidak muncul di hadapan Theo. 

Selain itu, dia juga harus mengalah pada saat–saat tertentu, tetapi tidak boleh menunjukkan motifnya. 

Terutama dalam menghadapi pria yang tidak kekurangan wanita seperti Theo, dia tidak boleh bersikap seperti wanita galak. 

Tepat ketika Raline sedang memikirkan cara untuk mendekati Theo agar tidak terkesan murahan dan dapat menggoyahkan hati Theo, Theo berkata, “Kayla bilang aku akan kamu bersekongkol untuk menjebaknya, apa maksudnya?” 

Raline sudah menari sejak kecil sehingga memiliki tubuh yang sempurna. Namun, ketika mendengar pertanyaan diri, dia otomatis menegakkan punggungnya. “Bukankah seharusnya kamu bertanya pada Kayla? Dia yang bilang begitu, seharusnya dia yang paling mengerti.” 

Dia tidak yakin apakah Kayla sudah menceritakan hal ini pada Theo dan berapa banyak yang sudah Kayla ceritakan. Jadi, dia memilih untuk menghindar. 

Theo menatap Raline, tatapannya tidak selembut biasanya. Tatapan tajam ini membuat Raline tidak dapat menghindar. 

Sejak membicarakan hal ini, kepalanya langsung berdengung. Dia pun melupakan semua pesan Karin. Jadi, kamu mencurigaiku karena dia? Apa menurutmu… aku akan menjebak orang seperti ini?” 

“Aku nggak mencurigaimu, aku hanya bertanya padamu. Kalau kamu nggak mau bilang….” Theo mengerutkan keningnya sambil berkata dengan tenang, “Meskipun insiden tiga tahun lalu sulit diselidiki, kalau mau diselidiki, pasti ada petunjuk.” 

Mendengar kalimat kedua, cahaya yang muncul di mata Raline ketika Theo mengucapkan kalimat pertama pun lenyap. “Kalau aku bilang aku nggak melakukannya, apa kamu percaya? Nggak, kamu nggak akan percaya. Selidikilah, sekarang kamu mencurigaiku, kelak kamu mungkin memutus hubungan denganku.” 

Dia mengerutkan bibirnya dengan kesal. “Kamu tahu karakterku, aku sombong dan polos. Kalau hasil penyelidikan berbeda dari apa yang kukatan, aku nggak akan berbasa basi di sini.” 

Suasana di kantor menjadi hening ….. 

Raline menunggu Theo berbicara, tetapi Theo malah membuka dokumen yang dibawanya. Setelah melihat isi kontrak dan memastikan tidak ada masalah, Theo baru menandatangani. 

Melihat sikapnya yang begitu tegas, Raline otomatis berkata dengan nada sinis, “Kenapa? Kamu takut aku menipumu?” 

Theo berkata, “Selanjutnya hubungi manajer Departemen Investasi. Aku akan menyuruh Axel 

memberimu kartu namanya.” 

Maksudnya jangan mencarinya lagi? 

Sebenci apa dia pada Raline sampai harus memutus hubungan seperti ini? 

Suara Raline menjadi lesu. Dia seperti sedang berbisik, “Theo, apakah kamu pernah menyukaiku? Dulu 

ataupun sekarang.” 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.