Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Chatper 399



Bab 399
Selena membalikkan badannya dan pergi, tidak mau mendengarkan lebih lanjut percakapan mereka di
tempat itu.
Setiap detik yang dia habiskan selama berada di sana adalah penghinaan bagi dirinya sendiri. Betapa lucunya cinta yang dia
miliki selama bertahun–tahun untuk Harvey?
Meskipun Lanny telah merusak hidupnya dan keluarga Bennett seperti ini, tetapi di mata Harvey, wanita itu masih terlihat
sebagai seseorang yang lembut.
Dia tiba–tiba teringat peristiwa malam itu, saat sebuah racun hendak disuntikkan ke dalam tubuhnya. Kejadian itu hampir saja
membuat dirinya meregang nyawa.
Melihat Harvey yang berada di lantai bawah, berhasil membuat dirinya merasa mual. Bahkan, dia merasa jijik hanya dengan
melihat pria itu bernapas.
Ketika Harvey mengatakan seberapa besar cinta yang dia miliki untuknya, seharusnya pria itu bisa
mempertanggungjawabkannya.
Namun, pada kenyataannya, semua itu hanyalah untuk menghancurkan bukti agar kebenarannya tidak terungkap.
Apakah ini yang dia sebut sebagai cinta?
Saat Selena pergi, dia membawa sebuah batu dari tepi teras bersamanya. Sekarang, rasanya dia benar- benar ingin
melemparkan batu itu ke kepala Harvey.

Selena menarik napas dalam–dalam dan pergi tanpa menoleh sedikit pun.
Suara Lanny terdengar kasar. Kali ini, dia sudah tidak berupaya untuk menyamarkannya lagi.
“Adikmu ini sudah mati sejak lama, yang hidup sekarang cuma mayat hidup.”
Di telinga Selena, suara wanita itu tidak berubah sedikit pun. Dia masih ingat betapa lucunya Lanny
waktu masih kecil.
Seharusnya, di usianya yang sekarang, dia terlihat ceria dan penuh semangat seperti bunga yang sedang mekar. Namun,
bagaimana bisa dia malah terlihat seperti orang tua yang penuh dengan kesedihan dan penyesalan?
“Lanny, aku tahu itu kamu. Beri tahu kakak, kenapa kamu nggak pulang? Padahal kamu tahu kalau Seli adalah kakak iparmu,
kenapa kamu melakukan semua itu?”
Lanny melepaskan diri dari genggaman tangan Harvey. “Aku yang melakukannya! Kalau kamu ingin membalas dendam
untuknya, bunuh saja aku. Toh, aku sudah nggak ingin hidup lagi.”
Dia berkata dengan nada acuh tak acuh, seolah–olah tidak peduli dengan apa yang akan terjadi.
Harvey terlihat semakin bingung. “Kamu bahkan nggak kenal Seli, kenapa kamu berusaha menjebak keluarga Bennett?”
Selama beberapa hari ini, dia telah membayangkan berbagai skenario saat bertemu kembali dengan Lanny. Namun, situasi
seperti ini tidak pernah ada di dalam ekspektasinya.
Lanny bahkan tidak berusaha menjelaskan, dia hanya ingin mati.

“Apa gunanya kamu menjebakku? Semuanya sudah terlanjur seperti ini. Sekarang, kamu bisa membunuhku atau
membiarkanku pergi, seolah–olah kamu nggak pernah punya adik perempuan
sepertiku.”
Sembari mengatakan hal itu, Lanny bergerak dengan cepat dan berusaha pergi dari tempat itu. Namun, Harvey dengan cepat
menariknya kembali dan menamparnya dengan keras.
Tamparan yang kuat itu berhasil membuat topeng Lanny terlempar dan jatuh ke lantai.
Karena kekuatan Harvey terlalu besar, wajah Lanny tergores oleh tepi topeng yang dia gunakan, muncul sebuah luka berdarah
di pipinya.
Harvey melihat wajah yang halus tanpa kerutan itu dengan tatapan aneh, wanita ini tampak asing.
Seolah–olah itu bukanlah wajah Lanny yang sebenarnya, seperti sudah diubah oleh operasi plastik.
Meskipun gerakannya alami, masih ada beberapa detail kecil yang terlihat dengan jelas.
Dia telah melakukan operasi plastik.
IN
“Bagaimana kamu bisa menjadi seperti ini? Lanny, saat kamu diculik beberapa tahun yang lalu, apa kamu tahu berapa lama
waktu yang kuhabiskan untuk mencarimu? Apa kamu tahu seberapa sedihnya ibu? Bahkan gara–gara kamu, ibu menderita
depresi dan harus beristirahat di luar negeri selama bertahun–tahun tanpa ada perbaikan yang signifikan. Kalau kamu masih
hidup, mengapa kamu nggak datang? Salah satu penyesalan terbesar nenek sebelum meninggal adalah nggak bertemu
denganmu.”
Mata Lanny terlihat berkaca–kaca di bawah cahaya redup, air matanya mengalir deras. Dia menutup pipinya yang tergores
dengan satu tangan.
“Semuanya sudah terlambat, nggak bisa diperbaiki lagi. Kamu cuma perlu bersikap seolah–olah nggak
pernah melihatku, oke?”
“Mimpi! Aku sudah bersusah payah menemukanmu, kamu harus pulang bersamaku.”

Lanny mengeluarkan sebuah alarm di tangannya, “Kalau kamu nggak ingin mati di sini, lebih baik kamu pergi sekarang juga.
Aku sudah bilang, kita nggak bisa kembali seperti dulu!”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.