Chapter Bab 53
Bab 53 Melihatnya Berbicara dengan Mantan Pacar
Pada dasarnya orang gemuk lebih mudah berkeringat. Kayla tiba–tiba merasa tangannya seperti dibungkus oleh bola basah. Dia menghempaskan tangannya dengan kuat, lalu mundur beberapa langkah. Ekspresinya sangat galak. “Pak Arhan, Jangan keterlaluan.”
Arhan memegangnya untuk mengujinya. Meskipun Arhan memiliki niat tertentu pada Kayla, Arhan tahu diri. Arhan akan rugi besar kalau bermusuhan dengan Theo demi seorang wanita.
Dia segera menenangkan diri dan meminta maaf. “Maaf, maaf. Aku nggak bermaksud lain, aku hanya ingin menanyakan parfum apa yang kamu gunakan. Aku ingin membelikannya untuk istriku.”
Lagi pula, mereka akan tinggal di sini selama beberapa hari dan dia punya banyak kesempatan lain.
Arhan sudah lama terjun ke masyarakat dan cukup berpengalaman dalam hal seperti ini. Dia pandai menilai suasana. “Aku kalau sudah mabuk suka asal memegang orang. Aku bukan sengaja, maaf karena sudah menyinggung perasaan Nyonya Kayla. Nanti aku akan meminta maaf secara pribadi kepada Pak Theo,” kata Arhan dengan tulus.
Kayla malas berbasa basi dengannya. Dia pergi ke wastafel untuk mencuci tangannya dan bahkan menggunakan banyak sabun.
Melihat tindakan ini, ekspresi Arhan pun berubah muram.
Karena menyadari bahwa Arhan masih menatapnya, Kayla pun berkata dengan tenang. “Maaf, Pak Arhan, aku orangnya sangat terobsesi dengan kebersihan, jadi nggak suka melakukan kontak fisik dengan orang lain.”
Arhan menggosok tangannya dengan gugup. “Nggak apa–apa, nggak apa–apa. Akulah yang
menyinggung perasaanmu.” Setelah berkata demikian, dia bahkan belum masuk ke toilet, tetapi sudah
terburu–buru untuk pergi.
Kayla mematikan keran setelah menggosok tangannya sampai memerah. Dia tidak menyukai Arhan, apalagi sentuhan Arhan….
Meskipun Arhan meminta maaf dengan tulus, Kayla sangat tidak nyaman dengan tatapannya.
Mengingat bahwa dia hanya meminta 20 miliar dari Theo, dia sangat menyesal!
Dia mengambil beberapa lembar tisu untuk menyeka air di tangannya. Setelah memperkirakan bahwa
Arhan sudah kembali ke ruangan, Kayla pun melangkah secara perlahan–lahan. Namun, ketika dia baru berjalan beberapa langkah, dia melihat Davin ….
Davin sedang bertelepon. Sepertinya dia sedang membahas urusan bisnis. Alisnya tampak serius dan dia sedikit memanyunkan bibirnya. Ini adalah pertama kalinya Kayla melihat sikap profesional Davin ketika bekerja.
+15 BONUS
“Oke, aku akan menangani masalah ini setelah kembali.” Entah apa yang dikatakan oleh orang di ujung lain telepon, Davin mengakhiri telepon dengan tidak senang. Ketika dia mengeluarkan kotak rokoknya dan hendak menundukkan kepalanya untuk menyalakan rokok, dia menyadari keberadaan Kayla.
Dia menoleh ke arah Kayla sambil mengangkat alisnya. “Kayla?”
Davin membuang rokok yang belum dinyalakan ke tong sampah di sampingnya. Inilah sikap sopan yang sudah dia terapkan sejak kecil “Menemani Theo menjamu tamu?”
Kayla berjalan mendekat, “Ya, kamu?”
Pada dasarnya hubungannya dengan Davin cukup baik. Dulu mereka juga sering mengobrol beberapa patah kata ketika bertemu. Apalagi sejak masalah meminjam uang itu, Kayla segan untuk tidak menyapanya.
Uang 600 miliar bukankah jumlah yang sedikit. Meskipun Kayla tidak menerima uang itu, dia akan mengingat kebaikan Davin.
Davin berkata, “Ada teman yang berulang tahun, jadi mengajak kami datang berjalan–jalan ke sini.”
Kayla mengangguk dan hendak mengakhiri pembicaraan. Namun, sebelum dia berpamitan, dia sudah melihat Theo berdiri di kejauhan….
Ekspresi Theo sangat muram. Entah sudah berapa lama dia berdiri di sana, tatapannya sangat berat dan suram, seperti suami yang diselingkuhi!
Davin menyadari ada yang aneh dengan Kayla. Dia pun menoleh ke arah yang ditatap Kayla, lalu berkata sambil tersenyum, “Pergilah, Theo pasti mencarimu karena kamu sudah keluar terlalu lama, mungkin dia mengkhawatirkanmu.”
Kayla tersenyum sinis dalam hati. Apa ada yang memercayai ucapan ini?”
Pokoknya dia tidak percaya!
Theo tidak mungkin mengkhawatirkannya. Theo pasti mencarinya karena takut dia bertemu dengan Davin.
Namun, dengan hubungan mereka saat ini, dia tidak mungkin memberi tahu Davin soal perselisihannya dengan Theo. Selain itu, Davin juga akan berpikiran lain. “Baiklah, aku pergi dulu.”
Sesampai di hadapan Theo, Theo berkata dengan nada sinis, “Nggak lanjut ngobrol? Jarang–jarang ketemu, Pak Arhan dan istrinya juga sudah kembali ke kamar untuk beristirahat. Bagaimana kalau kamu bergabung dengan Davin? Mengingat masa lalu?”
Theo tidak mengecilkan suaranya. Tempat ini tidak jauh dari tempat Davin berada sehingga Kayla otomatis menoleh ke belakang. Untungnya, Davin sudah pergi.
“Kenapa, nggak rela?” Suara sombong Theo yang disertai dengan nada sinis terdengar dari atas kepalanya.
+15 BONUS
Kayla memutar bola matanya dan masuk ke dalam restoran. “Kamu selalu berpikiran kotor.”
Mengingat tindakan Arhan tadi, Kayla pun merasa tangannya yang baru saja dibersihkan kembali kotor.” Manusia suka bergaul dengan orang sejenis.”
Rekan yang dia pilih juga tidak bermoral sepertinya!
Karena Arhan dan Yuki sudah meninggalkan restoran, Kayla pun tidak tinggal lebih lama lagi. Penonton sudah pergi, untuk apa dia berakting lagi?
Kayla bertanya pada orang di belakangnya tanpa menoleh. “Aku tinggal di mana?”
“Kita itu suami istri, tentu saja tinggal sekamar.”
Dia sudah memeriksa dan mendapati bahwa tidak ada kamar presidensial lagi, hanya ada kamar tunggal. Akan tetapi, apa pun yang terjadi, dia tidak mau sekamar dengan Theo.
“Nggak, aku mau tinggal sendirian.”
Theo mengerutkan keningnya. Amarah di hatinya pun membara. Amarah ini sudah timbul sejak dia melihat Kayla dan Davin mengobrol.
Padahal dia pergi mencari Kayla karena Kayla sudah pergi terlalu lama dan dia khawatir terjadi sesuatu pada Kayla, tetapi….
Kayla malah sedang mengobrol dengan mantan pacarnya!
Dia sudah lama tidak melihat Kayla tersenyum seperti itu padanya. Sekarang, setiap mereka bertemu. Kayla selalu mencari masalah dengannya.
Di mana hati nurani wanita ini!
Theo mengingatkan dengan kesal. “Kamu datang sebagai Nyonya Oliver.”
“Ya, tapi siapa bilang pasangan nggak boleh pisah kamar?” Kayla berbalik dan sengaja membelalakkan matanya dengan kaget. “Pisah kamar nggak akan memengaruhi keharmonisan suami istri.”
Dia seolah–olah ingin membuktikan perkataannya dengan cara menggandeng lengan Theo. “Pakar bilang pisah kamar dapat meningkatkan kualitas tidur.”
Theo tersenyum sinis. “Pakar mana yang bilang seperti itu? Suruh dia katakan di hadapanku.”
Kayla mengabaikan Theo, dia pergi ke lobi lantai pertama untuk memesan sebuah kamar dan segalanya berjalan lancar.
Namun, ketika dia menggesek kartu kamar, tiba–tiba ada yang meraih pergelangan tangannya.