Chapter Bab 52
Bab 52 Membongkar Abu Theo
Kayla tersenyum ringan. “Kenapa nggak berani? Cuma berbagi meja, kok.”
Theo sengaja memprovokasinya, dia juga malas menjelaskan.
Di tengah pertengkaran mereka, orang–orang yang duduk semeja dengan Davin pun menyadari keberadaan mereka. Davin mengangkat kepalanya untuk melihat mereka, tetapi dia tahu Theo sedang membicarakan bisnis, jadi dia tidak pergi menyapa mereka.
Theo menatap Kayla dengan ekspresi datar, lalu menekukkan lengannya sambil berkata dengan tegas, Gandeng.”
Kayla menahan kekesalannya. “Hanya makan bersama, bukan perjamuan besar, kurasa aku nggak perlu menggandengmu.
Kalau Kayla terus menggandengnya, mereka malah akan terlihat seperti sedang berakting.
Theo melirik Kayla, lalu berkata dengan tenang. “Aku adalah bosmu, bukankah kamu harus menuruti perintah atasan untuk memperoleh gaji? Apa kamu berhak menolak?”
Oke, zaman sekarang pemberi gaji adalah bos, karyawan mana yang belum pernah berhadapan dengan bos menyebalkan!
Kayla menggandeng tangannya, lalu pelayan membawa mereka menuju ruangan pribadi yang sudah dipesan sebelumnya.
Setelah duduk, Yuki Marno mencoba untuk mendekatkan diri dengan Kayla. Dia menatap wajah Kayla sambil memuji. “Kulit Nyonya Kayla sungguh bagus, putih dan halus. Bahkan dari jarak sedikit ini pun pori–pori nggak terlihat.”
Meskipun dia menyanjung Kayla, dia tidak berbohong. Kulit Kayla memang bagus, putih merona dan. halus. Ada banyak wanita yang mendambakan kulit seperti ini.
Kayla yang hendak duduk diam pun terpaksa meletakkan ponselnya dan menjawab dengan ramah,” Terima kasih atas pujian Nyonya Yuki, nggak sebagus itu.”
Melihat Kayla ramah dan tidak sombong. Yuki pun makin menyukainya. Perlu diketahui bahwa siapa pun yang menjadi nyonya Keluarga Oliver akan memancarkan aura yang menawan.
“Kalau kamu nggak keberatan, aku ingin tahu bagaimana caramu merawat kulitmu?”
Kayla tidak melakukan perawatan yang berlebihan, dia hanya mengaplikasikan produk kecantikan di pagi hari dan sore hari serta pergi ke salon kecantikan setiap setengah bulan sekali. Mungkin dia memang dilahirkan dengan kulit bagus, bagaimanapun… ibunya juga memiliki kulit yang indah.
Namun, kalau dia berkata demikian, Yuki mungkin akan menganggapnya sebagai seseorang yang narsis. Jadi, dia memberitahukan langkah–langkah perawatan kulit yang biasanya dilakukan oleh Bella.
+15 BONUS
Ketika mereka sedang mengobrol hangat, tiba–tiba terdengar suara “buk” dari atas meja. Sebuah gelas kosong diletakkan di hadapannya, dia menoleh dan melihat Theo baru saja menarik tangannya dari gelas itu.
Kemudian, Kayla menatap Theo sambil melirik meja dengan sudut matanya. Dia pun memahami
maksud Theo dan segera berbisik pada Theo, “Kalau mau tuang air, suruh pelayan.”
Pelayan berada di luar, Theo hanya perlu mengetuk meja untuk menyuruhnya masuk.
Theo berkata dengan pelan, “Lalu, untuk apa aku menghabiskan 20 miliar untuk mempekerjakanmu Menghabiskan 6 juta sudah bisa menyewa pelayan yang lebih cerdas daripada kamu.”
Kayla terdiam.
Dia mendekatkan diri ke tubuh Theo sambil menggertakkan giginya. “Aku hanyalah gadis pendamping di transaksi bisnis ini, duduk diam untuk menyemangatimu.”
Dia bukannya tidak bersedia menuangkan secangkir air itu, tetapi dia harus memperjelas tugasnya agar Theo tidak keterlaluan.
Theo tidak membantah. Dia menatap Kayla dengan ekspresi muram. “Gadis pendamping? Status yang kamu tentukan untuk dirimu sendiri kurang tepat.”
Bukan gadis pendamping? Apa Theo mengakui bahwa Kayla mempunyai kemampuan lain?
Theo adalah tuan muda arogan yang tidak pandai memuji orang. Karena Theo sudah memujinya, Kayla hendak menuangkan segelas air untuknya.
Dia belum bertindak, tetapi Theo yang berada di samping sudah lanjut berkata dengan tenang. “Cantik. bertubuh langsing dan montok, ahli seni, pandai menyajikan air, selalu ada saat dibutuhkan, menemani slang dan malam, memijat, kamu rasa persyaratan mana yang memenuhi standar menjadi gadis
pendamping?”
Kayla tertegun. Dia tidak mempertimbangkan soal persyaratan yang dia miliki karena sekarang dia
hanya ingin memecahkan kepala Theo!
“Cuma disuruh tuang air saja begitu banyak permintaan. Kalau kamu mau jadi gadis pendamping, sana ikut pelatihan beberapa tahun lagi. Kalau ingin dibayar, kerjakan tugasmu dengan baik. Bahkan anak kecil pun memahami prinsip ini, apa perlu diajari?”
Kayla ingin meluapkan amarahnya, tetapi ada rekan bisnis di sini. Bagaimanapun, bertengkar di depan umum adalah hal yang memalukan. Kalau sampai ada yang merekam pertengkaran mereka dan menyebarkan video itu di internet, citranya akan rusak karena Theo!
“Theo, kalau suatu hari nanti kamu bangkrut, sebaiknya kamu mencari kuburan di pedalaman, kalau nggak abumu pasti akan dibongkar orang.”
“Kamu nggak perlu mengkhawatirkan apakah abuku akan dibongkar, sekarang, tuangkan air.”
+15 BONUS
Kayla mengangkat teko dengan marah, lalu menuangkan air untuk Theo.
Arhan terus memperhatikan perdebatan mereka, terutama sikap Kayla terhadap Theo…. Suatu cahaya
melintas di matanya, sepertinya dia punya maksud lain.
Kemudian, Kayla mengabaikan Theo, tetapi Theo malah memerintah dengan santai. “Ambilkan lauk.”
Kayla menarik napas dalam–dalam sambil melafalkan 600 miliar di hatinya. Sekarang, 20 miliar sudah
tidak cukup untuk mengendalikan amarahnya.
Dia mengambil beberapa lauk yang tidak disukai oleh Theo dan meletakkan lauk–lauk itu ke piring Theo. Theo mendongak untuk meliriknya, tapi Kayla malah menunjukkan senyum palsu.
Sedangkan Yuki yang berada di samping malah mengagumi mereka. Dia berkata dengan emosional, ” Kayla, hubunganmu dengan Pak Theo sungguh harmonis.”
Kayla berkata dalam hati, ‘Nyonya Yuki, apa nggak salah?
Kalau keadaan ini terus berlanjut, mungkin akan ada yang mati. 2
Theo dan Arhan mengobrol dengan lancar. Mereka membicarakan soal pusat perbelanjaan, pemerintahan dan perkembangan masa depan. Kayla tidak mendengar pembicaraan mereka dengan saksama, meskipun penampilan Arhan kurang menarik dan sikapnya membuat orang tidak nyaman, perlu diakui bahwa pengetahuannya cukup luas.
Kayla yang terus duduk di samping pun merasa bosan, dia bangun untuk pergi ke kamar mandi.
Ketika Kayla keluar dari kamar mandi, dia melihat Arhan sedang berdiri di depan pintu kamar mandi.
Perut buncitnya tampak makin membesar setelah makan dan langkahnya terhuyung–huyung pengaruh alkohol, Kayla merasa dia mungkin akan jatuh kapan saja. (1)
karena
Arhan menatap Kayla lekat–lekat. “Nyonya Kayla, kebetulan sekali, kamu juga berada di sini.”
Kayla berkata dengan santal. “Pak Arhan, lanjutkan aktivitasmu. Aku pergi dulu.”
Arhan berdiri di tempat yang akan dia lewati. Ketika dia lewat. Arhan meraih tangannya sambil berkata, ” Nyonya Kayla, tubuhmu harum sekali….”