Chapter Bab 118
Bab 118 Pak Theo Tidak Menyukal Nyonya Kayla
Theo membuka matanya. Asap berwarna putih kebiruan pun mengepul di antara bibir dan hidungnya. Lampu di ruang tamu tidak dihidupkan, hanya ada cahaya dari lampu jalan yang masuk melalui jendela dan terpantul ke langit–langit. Asap yang menyelimuti kegelapan membuat penglihatannya menjadi
kabur.
Dia menelan seteguk air liur, lalu melontarkan suatu kata. “Ya.”
Setelah menutup telepon, Axel segera mengirimkan artikel itu.
Di tengah kegelapan, cahaya yang dipantulkan dari ponsel agak silau. Namun, Theo malas menyalakan lampu, jadi dia langsung melihat. Sekalipun rumahnya sudah dilengkapi dengan teknologi pintar dan dia hanya perlu membuka aplikasi untuk menyalakan lampu, dia tetap perlu keluar dari aplikasi WhatsApp
dulu.
Seperti yang diduga, adegan Kayla memukul Raline muncul. Namun, hanya ada foto dia mengangkat
tangan, tidak ada kelanjutan. Setiap baris dari artikel sedang membela Raline dan menuduh Kayla sombong, bahkan ada yang mengungkit soal Theo dan Kayla pergi ke hotel dulu untuk mengisyaratkan bahwa Kayla mendapatkan status Nyonya Oliver dengan naik ke atas ranjang Theo.
Pemilihan kata di artikel ini halus, tetapi Theo tahu bahwa artikel ini hanya digunakan untuk menguji
tanggapannya. Kalau dia tidak menentang, besok artikel yang tersebar akan menjadi beberapa kali lipat
lebih kasar.
Axel menelepon Theo. “Pak Theo, apa boleh diberitakan?”
Satu per satu jari Theo menyentuh sandaran sofa. Dengan pantulan cahaya ponsel, rahangnya yang
berada di bawah rambut pendeknya menjadi lebih tajam. Suatu cahaya muram menyelimuti matanya.” Apa menurutmu dia menjadi Nyonya Oliver karena naik ke kasurku dan memaksaku menikahinya?”
Axel terdiam.
Dia tidak pandai menebak isi pikiran Theo, jadi dia tidak berani asal menjawab.
Sebenarnya dia pernah berpikiran seperti itu. Bagaimanapun, dia dan Kayla sudah menjadi rekan selama dua tahun lebih. Selain itu, dia juga melihat sikap Theo terhadap Kayla. Siapa pun yang tidak buta dapat melihat bahwa Theo tidak menyukai Kayla.
Namun, dinilai dari sikap Theo yang ambigu akhir–akhir ini, sepertinya segala sesuatu tidak seperti yang terlihat.
Theo tidak menyalahkannya karena tidak menjawab. Suara serak Theo kembali terdengar, bahkan disertai dengan senyuman penuh arti. “Jelas–jelas akulah yang memaksanya menikah denganku.”
Axel terdiam.
#15 BONUS
Bab 118 Pak Theo Tidak Menyukal Nyonya Kayla
Theo membuka matanya. Asap berwarna putih kebiruan pun mengepul di antara bibir dan hidungnya. Lampu di ruang tamu tidak dihidupkan, hanya ada cahaya dari lampu jalan yang masuk melalui jendela dan terpantul ke langit–langit. Asap yang menyelimuti kegelapan membuat penglihatannya menjadi
kabur.
Dia menelan seteguk air liur, lalu melontarkan suatu kata, “Ya.”
Setelah menutup telepon, Axel segera mengirimkan artikel itu.
Di tengah kegelapan, cahaya yang dipantulkan dari ponsel agak silau. Namun, Theo malas menyalakan lampu, jadi dia langsung melihat. Sekalipun rumahnya sudah dilengkapi dengan teknologi pintar dan dia hanya perlu membuka aplikasi untuk menyalakan lampu, dia tetap perlu keluar dari aplikasi WhatsApp dulu.
Seperti yang diduga, adegan Kayla memukul Raline muncul. Namun, hanya ada foto dia mengangkat tangan, tidak ada kelanjutan. Setiap baris dari artikel sedang membela Raline dan menuduh Kayla sombong, bahkan ada yang mengungkit soal Theo dan Kayla pergi ke hotel dulu untuk mengisyaratkan bahwa Kayla mendapatkan status Nyonya Oliver dengan naik ke atas ranjang Theo.
Pemilihan kata di artikel ini halus, tetapi Theo tahu bahwa artikel ini hanya digunakan untuk menguji tanggapannya. Kalau dia tidak menentang, besok artikel yang tersebar akan menjadi beberapa kali lipat
lebih kasar.
Axel menelepon Theo. “Pak Theo, apa boleh diberitakan?”
Satu per satu jari Theo menyentuh sandaran sofa. Dengan pantulan cahaya ponsel, rahangnya yang berada di bawah rambut pendeknya menjadi lebih tajam. Suatu cahaya muram menyelimuti matanya. Apa menurutmu dia menjadi Nyonya Oliver karena naik ke kasurku dan memaksaku menikahinya?”
Axel terdiam.
Dia tidak pandai menebak isi pikiran Theo, jadi dia tidak berani asal menjawab.
Sebenarnya dia pernah berpikiran seperti itu. Bagaimanapun, dia dan Kayla sudah menjadi rekant selama dua tahun lebih. Selain itu, dia juga melihat sikap Theo terhadap Kayla. Siapa pun yang tidak buta dapat melihat bahwa Theo tidak menyukai Kayla.
Namun, dinilai dari sikap Theo yang ambigu akhir–akhir ini, sepertinya segala sesuatu tidak seperti yang
terlihat.
Theo tidak menyalahkannya karena tidak menjawab. Suara serak Theo kembali terdengar, bahkan disertai dengan senyuman penuh arti. “Jelas–jelas akulah yang memaksanya menikah denganku.”
Axel terdiam.
#15 KONUS
Axel tidak tahu apakah perkataan Theo adalah fakta atau hanya karena ingin menyampaikan bahwa dia tidak ingin melihat artikel itu..
Apa pun itu, dia memahami maksud Theo.
*Aku akan segera menyuruh mereka memperbaikinya.”
“Reporter yang menulis artikel ini….” Theo berhenti sejenak sebelum berkata, “Aku nggak ingin melihatnya di industri ini lagi.”
Axel menjawab, “Ya.”
Dia tidak kasihan dengan reporter itu. Seseorang yang berakal sehat tidak akan melaporkan hal seperti ini. Tidak peduli apakah Theo mempunyai perasaan terhadap Kayla atau tidak, Kayla adalah Nyonya Oliver.
Sebaliknya, sekalipun Theo sangat menyukai Raline, Raline hanyalah mantan pacar, singkatnya wanita simpanan.
Keesokan harinya, ketika Kayla menyalakan ponsel, dia dikejutkan oleh berita asmaranya dengan Theo. Di dalam foto, keduanya bergandengan dan tersenyum riang saat diwawancarai oleh wartawan.
Dia keluar dari aplikasi dan mengklik Google. Pencarian terpopuler nomor satu adalah, “Pak Theo dari Perusahaan Oliver mengungkapkan pernikahannya dengan sang istri, bahkan mengaku bahwa dia memaksa istrinya untuk menikah dengannya. Kemudian, Kayla masuk ke aplikasi lain dan berita yang muncul juga berkaitan dengan mereka.
Saat ini, Bella meneleponnya. Dia berkata dengan kaget dan penuh semangat. “Kayla, apa yang terjadi? Kamu dan Theo nggak jadi bercerai? Baru bangun sudah melihat berita mengumuman pernikahan kalian, penyebarannya cepat sekali!”
Kayla berbaring di tempat tidur sambil menatap langit–langit dengan tidak berdaya. “Kalau aku bilang nggak tahu, apa kamu akan mengira aku sedang membohongimu?”
Bella terdiam selama setengah menit. “Sekarang dia sudah menyadari betapa unggulnya kamu dan ingin mengejarmu kembali?”
“Sepertinya bukan. Mungkin dia gegar otak setelah berkelahi dengan Nathan semalam.”
Bella kebingungan. “Nathan?”
Kayla sangat marah dan langsung melompat dari tempat tidur. “Pria berengsek ini. Dia berbuat seperti ini agar aku nggak bisa pergi makan dengan Nathan.”
Foto yang beredar adalah foto di acara pelelangan semalam. Semua berita melaporkan soal percintaan mereka, sama sekali tidak menyebut Raline.
Mengingat sifat wartawan yang bersedia melakukan apa pun demi mendapatkan berita, mereka pasti tidak akan mengabaikan berita heboh seperti itu dan fokus pada pengumuman pernikahan Theo.
“Ibu mertua melindungi menantu sah” dan “istri sah membongkar wujud asti selingkuhan” adalah topik yang sangat menarik perhatian, tetapi sama sekali tidak ada berita yang membahas hal tersebut.
Tanpa perlu ditebak pun, dia tahu artikel ini adalah hasil karya Theo!
“Kenapa pria ini berengsek sekali. Dia dan Raline boleh berpelukan dan bermesraan, aku hanya pergi
makan dengan teman saja dia menimbulkan masalah sebesar ini….”
Dengan masuk pencarian populer seperti ini, siapa pun yang membaca artikel dapat mengenalinya. Sekarang, kalau dia pergi makan dengan Nathan, apalagi dengan sifat Nathan yang begitu terang- terangan, dia pasti akan dikritik orang.
Karena tidak mengetahui apa yang terjadi semalam, Bella tidak memahami maksud Kayla. Dia buru- buru menyela. “Eh, tunggu dulu. Nathan Lianto, yang sering menunggumu di depan pintu kampus? Kalian bertemu semalam? Bahkan membuat janji untuk makan bersama?”
Kayla menceritakan inti masalah.
“Pergi saja.” Bella menepuk pahanya. “Tunggu, aku akan pergi merias wajahmu. Kujamin… ayahmu pun nggak akan bisa mengenalimu.”
Kayla hampir berkata “sial“.
Dulu, Bella sangat mendukung hubungan Nathan dan Kayla. Sayangnya, Kayla terlalu polos dan tidak menyadari Nathan menyukainya.
Meskipun Kayla sudah menikah dan Bella tidak tahu apakah Nathan masih menyukainya, makan
bersama bukanlah apa–apa, sebaiknya malah bisa mengobati perasaannya yang terluka karena gagal menjodohkan mereka berdua.
Kayla berkata, “Lupakan saja….
Dia tidak ingin melibatkan Nathan. Semalam, dia setuju untuk makan bersama karena sudah lama tidak bertemu, tetapi sekarang ….
Makan bersama mungkin akan menimbulkan masalah bagi Nathan, lupakan saja.
“Tunggu saja, aku akan pergi mencarimu. Theo nggak ingin kamu pergi makan dengan Nathan, kita nggak boleh membiarkannya berhasil”
Setelah berkata demikian, Bella menutup telepon.
Kayla tertegun.
Jarak dari tempat tinggal Bella ke apartemen Kayla memakan waktu lebih dari setengah jam, jadi Kayla memutuskan untuk pergi sarapan dulu.
Begitu membuka pintu, dia melihat dua pria kekar yang mengenakan jas hitam di depan pintu rumahnya. Mereka tampak seperti Dewa Pintu.
Kayla mengerutkan keningnya. “Kenapa kalian berdiri di sini?”
Meskipun Kayla dapat menebak siapa pelakunya, Kayla tetap ingin memastikan.
Salah satu dari mereka berbalik dan menjawab, “Nyonya, Tuan memerintahkan kami untuk melindungi
Anda.”
“Melindungiku?” Kayla tersenyum dingin dan suaranya menjadi agak nyaring. “Melindungiku atau
mengawasiku?”