Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Chatper 387



Bab 387
+15 BONUS
Selena yang masih terjaga pun segera meraih ponselnya begitu melihat benda itu menyala di kegelapan
malam.
Ternyata ada pesan dari Sean yang menanyakan apakah dia sudah tidur.
Selena buru–buru turun dari ranjang. Takut akan membangunkan Harvest, dia pun memutuskan untuk ke kamar mandi dan
menghubungi nomor Sean.
“Halo.” Terdengar suara lembut Sean dari seberang sana. “Ini sudah larut, kamu belum tidur juga?”
“Belum. Tuan Sean, apa ada kabar penting?”
“Hm, ada dua. Pertama. Tuan Calvin dan Nyonya Rosie akan segera bertemu. Kedua, aku menemukan informasi tentang orang
yang Nona Selena cari.”
Mata Selena seketika berbinar. Dia hanya coba–coba, tak disangka ternyata Sean sangat bisa diandalkan.
“Siapa dia?” tanya Selena tanpa basa–basi.
“Semua anggota Poison Bug menggunakan nama samaran yang nggak punya makna apa pun. Nama kodenya adalah Hailey.
Tapi, aku sudah berhasil melacak lokasinya sekarang. Apa Nona Selena ingin bertemu dengannya sebelum dia berpindah
lokasi?”

Ucapan ringan Sean membuat Selena langsung bersemangat. “Bolehkah?”
“Aku nggak tahu ada masalah apa di antara kalian. Tapi, menurutku cara terbaik untuk memastikannya dengan melihatnya
sendiri. Sebagai anggota Poison Bug, tentu dia sangat berbahaya. Kamu harus mendengarkan arahanku agar tetap aman.”
“Baik,”
“Aku akan kirimkan mobil untuk menjemputmu sekarang.”
Selena menutup telepon dengan perasaan gembira. Tuhan begitu baik padanya. Di saat dia menemui jalan buntu, tak disangka
Tuhan akan memberinya jalan baru.
Selena menitipkan Harvest kepada Jena. “Nona Selena mau ke mana selarut ini?” tanya Jena seraya
melihat jam.
“Ada urusan mendesa
“Tapi, Tuan Harvey sudah bilang sebaiknya Nona nggak keluar malam ini.”
Penjelasan singkat Selena membuat Jena tidak bisa menahannya lagi dan membiarkannya pergi.
Penjaga di luar juga hendak menghentikannya, tetapi Selena sudah lebih dulu naik mobil Sean.
+15 BONUS
Melalui kaca spion, dia melihat beberapa mobil mengejarnya, membuat sorot matanya berubah serius.” Tuan Sean, bisakah
kamu menyingkirkan mereka?” pinta Selena.

Entah mengapa, Selena enggan Harvey mengetahui dia sedang menyelidiki masalah ini.
Dia hanya ingin langsung memberikan hasilnya pada Harvey suatu hari nanti.
“Tentu, pegangan yang erat.”
Sean bukanlah orang biasa. Meski wajahnya terlihat pucat, tetapi hal itu tak mampu memengaruhi ketegasan dan aura
dinginnya sama sekali.
Pria itu duduk di kursi belakang, ekspresi wajahnya yang penuh dengan aura membunuh membuat hati orang merasa ngeri.
Tiba–tiba, kecepatan mobil makin meningkat. Untungnya ini sudah malam, jadi mobil di jalan pun tidak begitu padat.
Selena mengenakan sabuk pengaman, jari–jarinya memegang erat pegangan tangan.
Mobil–mobil itu melaju kencang di jalan, layaknya adegan di film Hollywood. Benar–benar memberinya pengalaman balapan
versi nyata.
Apalagi saat mobil lihai berbelok, Selena merasa jantungnya nyaris terlempar keluar.
Setelah berhasil terbebas dari kejaran mobil–mobil tadi, Selena menyadari tangannya yang meremat pegangan sudah
berkeringat.
Lantas, Selena melihat ke arah Sean yang masih tampak tenang. Pria itu pun berkata, “Kamu nggak apa- apa?”
Dengan ketegangan yang belum reda, Selena menjawab, “Nggak apa–apa, tapi kakiku agak lemas.”
“Hehehe.” Pria itu terkekeh.
Melihat wajahnya pucat pasi, Sean sontak mengusap lembut kepalanya. “Jangan takut, ada aku di sini.”
Untuk sesaat, keduanya terpaku.
“Maaf.” Sean menarik tangannya. “Nona Selena seumuran dengan adikku, barusan aku hanya mengganggapmu seperti adikku.”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.