Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Chatper 386



Bab 386
Binar di mata Selena seketika lenyap. Dia meletakkan handuk di tangannya sembari berkata dengan
suara bernada dingin. “Kamu saja yang mandikan dia. Aku mau ganti baju dulu.”
Tanpa menunggu jawaban Harvey, dia melangkah cepat seraya meninggalkan ruangan tersebut.
Hatinya tak tega untuk menyakiti anak kecil, tetapi dia juga tidak tahan melihat Harvey amat memanjakan anak itu.
Hal ini mau tak mau membuatnya berpikir, apakah semua yang terjadi hari ini akan berbeda bila anaknya masih hidup?
Jawabannya tidak. Membawa anaknya hidup di dunia hanya akan menjebak dirinya dalam bahaya.
Lagi pula, dia saja tidak bisa menjamin keselamatan dirinya sendiri sekarang.
Harvey pun buru–buru menyusul. Namun, saat Ini Selena sedang berganti baju, memperlihatkan kulit putih mulusnya yang
menggoda.
Selena berseru pelan, membuat Harvey spontan berbalik.
Pria itu langsung menyadari sesuatu. Padahal mereka sudah pernah melakukan hal yang paling intim sebelum ini, tetapi kini
justru bereaksi seperti orang asing.
Bahkan, tubuhnya tanpa sadar tengah memberi tahu Harvey dengan jelas bahwa mereka telah melangkah jauh.
Selena sudah selesai berganti baju ketika Harvey masuk lagi.

“Di mana anak itu? Kamu meninggalkan anak sekecil itu di bak mandi sendiri?”
“Jangan khawatir, Jena sudah mengurusnya. Ada yang mau aku bicarakan denganmu.”
“Oh.”
Awalnya, Selena hanya mengenakan piama berlengan pendek. Namun, karena merasa kurang, dia melapisinya lagi dengan
jaket. Membuat tubuhnya tertutup rapat, seolah–olah takut memperlihatkan kulitnya barang sejengkal.
Harvey merasa agak kecewa dengan tindakan Selena. Namun, karena waktunya tak banyak, dia enggan berkomentar dan
langsung menyampaikan maksudnya.
“Aku akan ke Poison Bug dengan Paman Calvin malam ini.”
“Aku bukan istrimu, kamu nggak perlu melaporkan rencanamu padaku.”
Selena menjawab sambil duduk di sebelah dan mengambil sebuah buku untuk dibaca.
+15 BONU
“Seli, apa kamu harus seperti ini?”
Selena menutup buku, lalu menatapnya seraya balik bertanya, “Harvey, kamu mau aku berlaku seperti apa? Mau aku peduli
padamu? Dengan status apa? Mantan istri? Atau mungkin musuh?”
Harvey mengepalkan tangan. “Apa kita benar–benar nggak bisa kembali seperti dulu?”

“Dulu? Kamu nggak pernah merasakan penderitaanku. Enteng sekali kamu bilang ‘dulu ketika buatku, masa lalu itu yang jadi
penyebab keluarga kita seperti sekarang. Kamu mau aku jadi gimana? Aku harus
apa lagi?”
Tatapan sinisnya membuat Harvey merasa agak sedih. Harvey memegang bahu Selena sambil berkata serius. “Seli, sudah
kubilang akan ada penjelasan yang kuberi buatmu. Organisasi Poison Bug itu sangat berbahaya dan rumit. Kamu nggak punya
bukti, tapi ngotot menuduh orang mati sebagai pembunuh.
Gimana aku bisa percaya padamu?” 2
Selena pelan–pelan melepaskan tangan Harvey di bahunya. “Nggak masalah kamu mau percaya atau nggak. Yang penting,
suatu hari nanti aku akan membawa buktinya ke hadapanmu dan memastikan
bahwa kamu sudah salah!”
Tatapan tegasnya membuat Harvey gelisah. Harvey rasa, sudah tepat baginya untuk menyembunyikan kebenaran ini. Jika
Selena tahu kebenaran yang terjadi, mereka pasti tak akan bisa kembali bersama.
“Seli, tolong jaga Harvest malam ini. Anak itu sangat suka denganmu,” ujar Harvey, memilih untuk mengganti topik pembicaraan.
Selena masih ingin membantah, tetapi Harvest sudah berganti baju dan berjalan mendekati mereka
berdua sambil mengoceh.
Bibir kecilnya terus bergumam, “Ibu, Ibu, ...”
Selena tak mampu marah padanya, padahal dia adalah anak dari Agatha. Dia justru langsung
menggendongnya.
Harvey menghela napas lega. “Jangan ke mana–mana malam ini, tunggu kabar dariku.”
Selena tidak peduli, sementara Harvey memilih berdiri dan berlalu pergi.
Mendengar suara mesin mobil yang makin menjauh, lantas Selena berdiri di dekat jendela sambil menggendong Harvest,
menatap mobil Harvey yang menghilang di kegelapan malam.

Harvest menguap, anak itu jelas mengantuk. Selena membaringkannya ke ranjang sambil terus menepuk -nepuk lembut
punggungnya. Sementara itu, si kecil meraih kancing plama Selena dan menempelkan
wajahnya ke lengan sang ibu, lalu segera terlelap.
Sesekali bibir mungilnya yang menggemaskan bergerak mengigau, “Ibu.”
Hati Selena meleleh dibuatnya.
+15 BONUS
Malam makin larut, Selena tetap terjaga sambil berbaring di ranjang. Tiba–tiba, ada satu pemberitahuan pesan masuk yang
tampil di layar ponselnya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.