Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Chapter Bab 538



Bab 538

“A-apa?”’

“Mungkin mereka kehabisan napas saat keluar. Nyonya, jangan terlalu sedih.
Bayi yang baru enam bulan di kandungan akan sulit bertahan hidup meski lahir
dengan selamat. Sekarang, yang terpenting tetap kesehatanmu. Kamu masih
muda, masih punya kesempatan punya anak lagi,” jelas Dokter Mona
perlahan.

“Nggak. Aku nggak percaya anakku pergi begitu saja. Aku sudah susah payah
mengandung mereka.

Aku...”

“Nyonya, pembunuhnya akan segera datang, kita harus segera pergi dari sini.”
“Nggak, nggak bisa! Aku nggak bisa meninggalkan anak—anakku begitu saja.”
Dokter Mona tidak bisa mengurus lebih jauh dari itu. Perintah yang diterimanya
hanyalah melindungi

Selena, kemudian anak—-anaknya.

Ketika Selena dan anaknya berada dalam bahaya pada saat yang bersamaan,
prioritas pertamanya

adalah Selena.

“Nyonya, maafkan aku.”

Dokter Mona segera menggendong Selena di punggungnya. Selena melihat dua
orang bayi tanpa suara yang ditinggal di atas pakaian. Air mata bercampur air
hujan pun mengalir deras di wajahnya.

“Jangan! Anak—-anakku!”

Dokter Mona berusaha keras menggendongnya menaiki tebing. Fisiknya telah
dilatih bertahun—tahun, sehingga kekuatannya jauh lebih baik dari orang pada
umumnya.

Meski begitu, ini bukanlah tugas yang mudah untuk menggendong Selena.
Hujan deras jatuh dari langit disertai suara ombak berderu. Dokter Mona.pun
tidak berani berbalik.

Dia berikan pistolnya pada Jonathan. Mereka melindungi Selena dari depan dan
belakang, mengambil

risiko berjalan di tepi tebing.

Tujuh atau delapan orang berlari mengejar Selena. Tidak seorang pun menoleh
ke bawah saat melewati dua bayi yang telah meninggal.

Sasaran mereka adalah Selena.

Ketika orang terakhir sudah melewatinya, langkah orang itu mulai melambat, lalu
berhenti. Dia memeriksa bayi-bayi itu.

Di tengah hujan deras, tidak ada sedikit pun kehangatan di kulit mereka. Tubuh
mereka lemas bak anjing

+15 BONUS

liar yang ditelantarkan.

Dia menepuk punggung para bayi, mereka pun memuntahkan air ketuban,
kemudian menangis.

Dia cepat—-cepat membuka jaket tahan airnya dan menempelkan bayl-bayl itu ke
dadanya, menghangatkan mereka dengan suhu tubuhnya.

Mereka juga anak-anak yang sangat baik dan tidak menangis lagl.

Suara tangisan itu hanya terdengar satu kali dan teredam oleh suara angin,
hujan, ombak, dan suara

tembakan.

Selena yang sudah jauh di depan seketika menoleh, seakan—akan ada kekuatan
batin yang menariknya.” Dokter Mona, biarkan aku kembali. Aku mendengar
suara tangisan bayl.”

“Nyonya, aku sudah meraba dengan tanganku sendiri. Mereka tidak bernapas.
Suara itu hanya bayanganmu saja.”

“Bukan, suara itu nyata. Bawa mereka juga. Mereka darah dagingku sendiri, aku
melahirkan mereka! Aku rela menukar nyawaku untuk mereka,” pinta Selena.
“Maafkan aku, Nyonya. Aku berjanji kepada Tuan Harvey untuk melindungimu,
nggak peduli apa pun yang terjadi. Mereka sudah meninggal, mereka hanya
tubuh tak bernyawa. Membawa mereka hanya

akan membebanimu.”

Isak tangis Selena mengalir tanpa henti. Dia bisa merasakan darah segar yang
merembes dari bawah

tubuhnya.

Keadaannya tidak jauh berbeda dengan anak-anaknya. Jika terus mengulur
waktu, nyawanya juga akan

terancam.

Visit Novelxo.org to read full content.

Selena terbayang Arya yang terbaring

di tempat tidur, Lian yang

melindunginya dari tembakan

dengan tubuhnya sendiri, hingga
bayi—bayi yang belum pernah dia
gendong sejak mereka lahir. The

content is on Novelxo.org! Read

the latest chapter there!

Visit Novelxo.org to read full content.

Mungkin dia adalah seorang penjahat
yang tidak termaafkan di kehidupan
sebelumnya, sehingga Tuhan
menggunakan cara seperti ini untuk
menyiksanya. The content is on
Novelxo.org! Read the latest

chapter there!

“Dor!”

Kaki kanan Jonathan terkena tembakan lagi. Dia menyeret kakinya dan terus
berjuang membukakan

jalan untuk Selena.

Visit Novelxo.org to read full content.

Sementara itu, tubuh Dokter Mona
tampak luka—luka tergores batu

tajam karena mendaki tebing sambil
menggendongnya. The content is on
Novelxo.org! Read the latest

chapter there!

Darah segar mengalir tanpa henti dari telapak tangannya.

“Apa aku layak?” tanya Selena tiba-tiba.

Dokter Mona terkejut. Dia tidak paham apa yang Selena maksud dengan kata—
kata itu.

“Nyonya, ada apa?”

“Mengorbankan begitu banyak orang hanya demi diriku. Memang aku selayak
itu?”

+15 BONUS


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.