Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Chapter 467



Bab 467
Hansen merasa agak tidak tega dan Ingin menyarankan, “Tuan Harvey, Inl dua nyawa kecil. Nggak gampang bagi seorang b
untuk mengandung satu nyawa. Menurutku ini...”
Tidak peduli betapa bodohnya Darren, dia sadar ada yang tidak beres saat ini dan buru–buru bertanya,” Kak, kalian ini obrolin
apa, sih?
Harvey sudah hilang kesabaran. Dia pun pergi meninggalkan tempat itu. “Slapkan operasinya,” titah
Harvey.
Darren langsung menggenggam tangan Hansen. “Kak, Jujur sama aku. Operasi apa yang akan kamu lakukan?”
Hansen menghela napas dan mengikuti Harvey. “Menurutmu, operasi apa yang berlangsung selama lebih dari sebulan?”
Hanya Darren yang berdiri di tempat, kepalanya dipenuhi tanda tanya.
Mengapa, ya? Bukankah Harvey sangat mencintai Selena? Mengapa dia menggugurkan bayinya? Lagi pula, itu kembar.
Selena jelas tidak tahu apa–apa tentang semua ini. Tadi malam, wanita itu mengirim pesan padanya dengan begitu hati–hati,
meminta bantuannya dalam hal ini.
Bagaimanapun juga, mereka adalah teman sekelas. Darren tidak tega melihat Selena kehilangan bayinya di saat seperti ini.
Dia mengeluarkan ponselnya dan hendak memberi tahu Selena, tetapi tangan lain sudah lebih cepat merebut ponselnya. “Maaf,
Dokter Darren. Tuan Harvey nggak ingin siapa pun mengganggu rencananya.

Alex, yang biasanya tidak bisa diandalkan, wajahnya menegang bagai Dewa Kematian berwajah dingin.
“Kenapa? Itu ‘kan anak Tuan Harvey! Daripada siapa pun, Selena yang paling ingin kedua anak itu lahir. Gimana bisa dia
melakukan hal itu?”
Alex tentu saja tidak akan langsung mengatakan bahwa Harvey selingkuh. “Sebaiknya, kamu nggak banyak tanya urusan orang
lain,” Jawabnya dengan suara rendah.
Darren menundukkan kepalanya perlahan saat melihat wajah Alex yang garang. “Aku paham,” balasnya.
lemas.
Keluarga Osmond masih harus bergantung pada Harvey. Bagaimana dia bisa berani bertengkar dengan Harvey Iriwn?
Lantas, Darren membatin, ‘Maafkan aku, Selena.‘
Saat ini, Selena sedang tenggelam dalam kebahagiaan. Lian yang ada di sampingnya mengingatkan,” Omong–omong. Selena,
sebentar lagi ada pemeriksaan yang harus dilakukan,”
“Pemeriksaan apa?”
“Cuma pemeriksaan rutin ginekologi, kok. Buat periksa keputihan dan sebagainya, Kamu tahu kan, kalau sampai ada infeksi
jamur akan berdampak buruk pada bayi? Lebih baik agak berhati–hati.”
Selena berpikir sejenak dan tidak terlalu memperhatikannya. Pengambilan sampel keputihan tidak akan terlalu mendekati
bagian dalam, sehingga tidak akan berpengaruh pada bayi.
“Ya sudah, aku pergi ke toilet bentar,” pamit Selena.

Awalnya, Selena berencana untuk segera berbagi kabar baik ini dengan Olga. Tidak disangka–sangka. ada telepon yang masuk
dari Olga.
“Selena, ada sesuatu yang mau kusampaikan buatmu.”
“Wah, kebetulan banget. Aku juga mau bilang sesuatu padamu,” jawab Selena dengan nada ceria.
“Kenapa kamu kedengaran senang banget, sih?” tanya Olga.
“Aku hamil anak kembar. Ada dua detak jantung, semuanya juga sehat.”
Olga begitu gembira hingga hampir melompat kegirangan. “Wah, selamat ya, Selena! Kubilang kan setelah badal pasti ada
pelangi. Lihat, bukannya ini yang kamu tunggu? Omong–omong, Nak. Ada hal penting yang mau aku sampaikan. Dengarkan
baik–baik, apa yang kusampaikan sekarang ini penting.”
“Ada apa?” Entah mengapa, Selena merasa agak gugup saat mendengar nada bicara Olga yang mendadak berubah serius.
“Kamu masih ingat atasan langsungku, ‘kan?”
“Ya, kenapa? Dia marah–marah lagi sama kamu?”
“Nggak, kok. Kali ini nggak ada hubungannya denganku. Hari ini dia minta aku bantu dia urus beberapa properti yang nggak
terpakai atas namanya. Intinya, merepotkan banget,-deh. Nah, pas aku bayar properti buat salah satu rumah, aku menemukan
sesuatu.”
“Kamu menemukan apa?” tanya Selena penasaran.
“Rumah kamu sekarang di Yudha Tirta Residence nomor 2, ‘kan?”
Jantung Selena berdegap kencang. Beberapa hari yang lalu, Olga diam–diam datang menemuinya dan dia sendiri yang
menyambutnya.
“Benar,” singkat Olga mengiakan.
Olga menutup wajah dengan tangannya. “Sial, pemilik rumah ini atas nama Yosef Gardner.”
Mendengar kalimat tersebut, tubuh Selena hampir limbung. Tenggorokannya tercekat. “Apa katamu?”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.