Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Chapter 429



Bab 429
Kabar pernikahan Harvey dan Agatha langsung menjadi perbincangan para pelayan.
“Sudah dengar belum? Tuan Muda bakal menikahi Nona Agatha bulan ini. Kali ini beneran, katanya sudah pesan hotel sejak
lama.”
“Gimana reaksi Nona Selena? Aku lihat Tuan Muda sangat perhatian padanya, setiap hari selalu
menemaninya.”
“Asal tahu aja, Nona Selena itu mantan istri Tuan Muda Harvey. Awalnya kupikir mereka bakal rujuk
karena mereka cerai gara–gara Nona Agatha. Kayaknya cinta lama nggak sekuat daya tarik Nona Agatha. Saat ini Nona Agatha
lagi terluka parah dan Tuan Muda Harvey bersedia menikahinya. Beneran
cinta sejati.”
“Kalau Tuan Muda Harvey menikahi Nona Agatha, gimana nasib Nona Selena? Apa dia bakal jadi gundik?
Sejumlah pelayan asyik bergosip, sebelum tiba–tiba mendapati Selena sedang membaca di teras kebun mawar, membuat wajah
mereka seketika memucat. “No- Nona Selena.”
Ekspresi Selena terlihat tenang saat menatap para pelayan. “Nggak masalah kalau mau bergosip, tapi seenggaknya carilah
tempat sepi. Kalau ayahku mendengarnya, kalian nggak kuampuni.”
Setelah mengatakannya Selena yang mengenakan gaun panjang bergaya Prancis berwarna putih berlalu sambil memegang
buku dengan tangan kirinya.

“Nona Selena beneran seram, tatapannya barusan bikin merinding.”
Salah satu pelayan menambahkan. “Dulu dia nggak kayak gini, dia ramah dan baik terhadap para pelayan. Gara–gara Tuan
Muda melukai hatinya, dia jadi kayak gini.”
“Aiya, kasihan.”
Selena berjalan–jalan di lorong. Saat mendengar kabar pernikahan Harvey dan Agatha dia tidak terlalu
terkejut.
Sebelumnya, dia agak penasaran dengan alasan Harvey harus menikahi Agatha, tetapi sekarang dia
sudah tidak peduli.
Selena hanya ingin para pelayan di taman tidak membicarakannya terang–terangan supaya tidak mengganggu Arya.
Arya sedang tertidur di rumah kaca dengan selimut di kakinya, wajahnya terlihat sangat tenang.
Setelah tertimpa musibah, Selena makin menghargai kedamaian dan kebahagiaan yang dimilikinya.
Dia membaca buku di sampingnya, sampai Arya bangun.

+15 BONUS
“Selena.”
Selena menutup buku yang dibaca. “Ayah sudah bangun.”
“Ya. Harvey bilang perusahan sudah diatur. Kalau kamu bosan, pergilah ke kantor. Kenapa
menghabiskan waktu di sampingku? Badanku juga pulihnya masih lama.”
Selena mengisyaratkan untuk melihat tangannya. “Ayah jangan lupa, aku juga lagi istirahat.”
“Kamu belum bisa merasakan tanganmu?”
“Belum.”
“Benar–benar, deh, Harvey. Kenapa dia nggak menjagamu? Kamu bakal jadi dokter kelak, tanganmu sangat berharga.
Bagaimana kalau nggak bisa sembuh? Apa yang bakal kamu lakukan?”
Selena tersenyum lembut. “Kalau nggak bisa sembuh, ayah yang merawatku selamanya.”
Arya menjentikkan ujung hidung Selena, dia masih bertingkah seperti biasa di depannya.
“Anak bodoh, sekarang sudah bukan giliran ayah buat merawatmu. Sebelumnya, kamu nggak sengaja keguguran dan sekarang
ayah juga sudah sehat. Selagi masih muda berikan Harvey anak lagi.”
Arya tidak tahu tentang perselisihan antara mereka, niat baiknya seperti pisau yang menusuk hati

Selena.
Sejak kecelakaan mobil, Selena tidak membiarkan Arya memegang ponsel, jadi dia tidak tahu kejadian
antara Harvey dan Agatha.
“Apa yang terjadi, Selena? Apa Harvey membuatmu marah? Ceritakan sama ayah, pasti kubantu.”
Selena beberapa kali ingin mengungkapkan kebenaran, tetapi akhirnya dia menahannya.
“Ayah, aku nggak apa–apa, nggak usah cemas.”
“Aku sudah membesarkanmu sejak kecil, kamu kira aku nggak tahu? Sejak aku bangun, aku menyadari kalau kamu punya
pikiran. Dulu kamu selalu membicarakan Harvey, tapi sekarang kamu bahkan nggak mau meliriknya. Nak, jangan simpan sendiri
kesedihan dalam hatimu, kamu punya–ayah.”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.