Chapter Bab 44
Bab 44 Pak Theo Sudah Menikah
Ketika Raline yang berada di ruang tamu melihat Theo datang bersama Kayla, dia kaget hingga
membelalakkan matanya.
Dia tidak menyangka Kayla akan hadir malam ini. Bagaimanapun, ini adalah pesta ulang tahun Evi dan dia merasa Theo tidak mungkin mengumumkan identitas Kayla, jadi Theo pasti tidak akan mengizinkan Kayla datang.
Namur, tak disangka… Kayla bukan hanya hadir, tetapi juga didampingi oleh Theo. Selain itu, mereka
muncul dengan mesra.
Para tamu di sekitar pun mulai menatap Kayla dan Raline. Sebelum Kayla datang, semuanya sudah
mendengar rumor tentang Raline dan Theo. Apalagi saat melihat Raline muncul di sini, semua orang yakin bahwa Raline dan Theo akan segera mengumumkan kabar gembira, bahkan sudah membahas
soal pernikahan mereka!
Namun, sekarang… Theo didampingi oleh wanita lain.
Ketika Raline menyadari orang–orang di sekitar sedang menatapnya, wajahnya pun memerah. Orang- orang ini baru saja memujinya dan mengatakan bahwa dia adalah calon Nyonya Oliver.
Pada saat ini, seseorang datang untuk menyapa Theo. Dia melirik wanita di samping Theo sambil
bertanya dengan penasaran, “Pak Theo, siapa ini?”
Theo tidak menjawab. Namun, tokoh utama malam ini, Evi berjalan menghampiri mereka. Evi meraih tangan Kayla sambil memperkenalkannya pada para tamu dengan sungguh–sungguh. “Biar kuperkenalkan kepada kalian, dia adalah menantuku, Kayla Sandio.”
Begitu kata–kata ini dilontarkan, semua tamu tercengang!
“Pak Theo sudah menikah?”
“Kapan? Aku belum pernah mendengar kabar ini
Para tamu mulai berdiskusi, hanya Raline yang tersipu malu. Dia menyesal karena sudah meminta seseorang membawanya datang ke sini.
Evi lanjut berkata sambil tersenyum, “Anak muda lebih tertutup dan nggak suka mempublikasikan hal pribadi mereka. Jadi, sebelumnya kami hanya mengundang dua keluarga besar untuk menghadiri pesta pernikahan mereka. Mumpung hari ini adalah hari baik, aku ingin memperkenalkannya pada para tamu
sekalian.”
Setelah Evi berkata demikian, semua tamu memahami tujuan pesta ulang tahun malam ini dan ekspresi kaget di wajah mereka pun berubah menjadi ekspresi menyanjung.
“Nyonya Kayla sangat cantik, terlihat seperti peri.”
“Bahkan model pun nggak bisa menandingi penampilannya….”
-15 BONUS
Sebanyak apa pun pujian yang dilontarkan, Kayla tidak menganggapnya serius. Meskipun dia tahu
bahwa statusnya akan terekspos malam ini, dia tidak menyangka statusnya akan terungkap dengan cara yang begitu terhormat.
Awalnya, dia mengira karena pernikahan mereka dirahasiakan, perceraian mereka tidak akan berdampak pada kehidupan satu sama lain, tetapi sekarang sepertinya
Kayla menoleh dan bertanya pada Theo dengan suara rendah, “Kenapa kamu nggak mencegah Ibu?”
“Apa yang perlu dicegah?”
Kayla berkata dengan kesal, “Tentu saja mencegah Ibu mengumumkan hubungan kita.”
Theo meliriknya sejenak, lalu mendengus dingin. “Apa menurutmu orang lain sebodoh kamu? Apa
mereka akan percaya aku membawa orang yang nggak penting ke acara seperti ini?”
Nah, kali ini Kayla setuju dengan perkataan Theo. Pada akhirnya, dia pun menjawab dengan kesal Awalnya aku ingin bercerai secara diam–diam. Karena sudah seperti ini, semuanya akan menyaksikan
momen Pak Theo dicampakkan.”
“Hmph.” Theo tersenyum sinis. “Apa kamu bisa mencampakkanku?”
Di tengah pertengkaran mereka, Evi sudah pergi menyapa para tamu. Kini, topik pembicaraan para tamu
beralih dari memuji Kayla menjadi mendiskusikan pakaiannya..
“Pak Theo sudah menikah. Lalu, topik hangat sebelumnya…. Tak disangka, penari kelas internasional akan menjadi wanita simpanan. Lihatlah gaun yang dipakainya hari ini, terlihat jelas dia bermaksud untuk menantang Nyonya Kayla, bukan?”
Mendengar ucapan ini, Kayla pun menyadari bahwa gaun yang Raline pakai hari ini mirip dengan gaun yang dipakainya. Kedua gaun itu berwarna hitam dan berbahan satin. Satu–satunya perbedaan adalah gaun Raline berleher rendah dengan punggung terbuka sedangkan gaun Kayla bermodel sabrina.
Kedua gaun itu mirip, tetapi tidak serupa. Namun, orang–orang tetap membandingkan perbedaan kecil.
ini.
Dari segi penampilan, bahkan Raline pun harus mengakui bahwa Kayla lebih cocok dengan gaun ini.
Kayla terlahir cantik dan putih. Dengan bantuan gaun satin berwarna hitam itu, seluruh tubuhnya tampak
bersinar.
“Ck.” Kayla mengangkat alisnya. Suaranya sangat kecil sehingga hanya Theo yang berada di sampingnya yang dapat mendengarnya. “Kenapa?”
“Gaunku sama dengan gauri kekasihmu.” Nada bicaranya sama sekali tidak terdengar canggung, dial seolah–olah sedang bergembira di atas penderitaan orang lain.
Theo meliriknya, lalu memandang Raline yang berdiri di kejauhan. Kemudian, dia mengungkapkan isi hatinya. “Beda.”
Meskipun semua orang sedang mendiskusikannya, Raline tetap berjalan menghampiri mereka. Dia membawa sebuah kotak panjang yang dikemas dengan indah. Kayla menebak bahwa isi kotak itu adalah lukisan kuno yang dia perbaiki.
“Theo… Kayla.”
Theo menjawab, “Ya.” Ekspresi dan nada bicaranya sangat datar, seolah–olah sedang menghadapi
orang asing.
Kayla meliriknya, lalu mendengus diam–diam mendengus dingin. ‘Pria berengsek ini sungguh pandai berakting, sayang sekali nggak jadi aktor!‘
Dia tidak tertarik untuk melihat interaksi mesra mereka. Tepat ketika dla hendak melepaskan tangannya dari lengan Theo, Raline tiba–tiba menunjuknya.
“Kayla, apa kamu punya gaun lain? Bolehkah kamu menggantinya…” kata Raline dengan terbata–bata. Namun, siapa pun memahami maksudnya. “Aku tahu permintaan ini agak keterlaluan, tapi mengenakan gaun yang sama sungguh canggung.
Kayla memaksakan diri untuk tersenyum. “Nggak.”
Dia menolak dengan tegas karena dia tidak mempunyai pakaian lain.
Raline mengerutkan keningnya. “Kayla, kamu nggak perlu memusuhiku seperti ini. Bagaimanapun, kita
pernah….”
“Nona Raline berpikir kejauhan. Aku nggak bermaksud memusuhimu, soal gaun,” Dia melirik garis leher Raline sambil berkata dengan penuh maksud, “Sepertinya seleramu kurang bagus?”
Melihat Kayla enggan menolak, Raline pun melirik Theo. Dia menggigit bibir merahnya sambil memanggil. “Theo….”
Theo mengerutkan keningnya. Ucapan Kayla tadi terlalu kasar, dia tidak suka Kayla mengucapkan kata-
kata seperti itu.
Namun, sebelum dia berbicara, Kayla sudah berjinjit dan bersandar ke telinganya, lalu menggertakkan giginya sambil berbisik, “Kalau kamu berani menyuruhku mengganti pakaian, aku akan pergi sekarang juga.”
Dia memang sedang mengancam Theo. Kalau dia pergi. Theo akan terkena masalah besar!
Sepatu hak yang dikenakan Kayla sangat tinggi. Karena dia berjinjit tanpa mengendalikan kestabilan, tubuhnya tiba–tiba bergoyang. Detik berikutnya, Theo merangkul pinggangnya dan menariknya ke dalam
pelukan.
Setelah itu, Theo berkata dengan tegas, “Berdiri yang baik, jangan centil.”
Nada bicaranya seperti atasan yang sedang menegur bawahan.
Kayla berpikir, ‘Kapan aku bertingkah centil?‘
*Sudah cukup omong kosongnya. Ibu memanggilmu.”
Kayla berbalik dan melihat Evi sedang melambaikan tangan padanya untuk memanggilnya.
Keduanya berjalan menghampiri Evi. Melihat situasi ini, Raline pun berjalan di belakang mereka. “Ayo, aku baru saja tiba dan belum memberikan hadiah kepada Bibi.”
Evi yang berada di sisi lain sedang menggandeng tangan suaminya, Galih Oliver. Dia berkata dengan ramah pada Kayla yang berjalan mendekat, “Kayla, sini kuperkenalkan pada beberapa paman dan bibi. Semuanya adalah teman baik Ibu. Setelah mengetahui bahwa kamu adalah istrinya Theo, mereka ingin
kenalan denganmu.”
Kayla tersenyum lembut sambil memanggil, “Ayah.” Kemudian, dia menyerahkan hadiah ulang tahun
yang dia siapkan kepada Evi. “Bu, selamat ulang tahun.”
Evi menerima hadiah tersebut dengan gembira. “Menantuku memang yang terbaik!” Sembari berbicara, dia melirik putranya dengan galak. “Kelak, kamu harus lebih menyayangi istrimu yang luar biasa ini. Kalau nggak, kamu pasti akan menyesal.”
Theo mengangkat alisnya. Dia melirik Kayla dari sudut matanya dan melihat Kayla masih tersenyum. Tatapan itu diselimuti dengan kehangatan yang belum pernah terlihat sebelumnya