Chapter Bab 32
Bab 32 Kamu Ingin Melakukannya di Sofa?
Bibir Theo langsung berubah menjadi garis lurus. Urat–urat di dahinya membengkak, dia meneriakkan nama Kayla dengan galak. “Kaylal”
Kayla tercengang. Menghadapi tatapan Theo yang menakutkan, Jantungnya pun berdebar kencang.
“Cuma bercanda, kenapa segalak Itu?”
Theo menggertakkan giginya. “Carl mati kamu.”
Setelah itu, keduanya tidak lagi berbicara. Suasana di dalam mobil menjadi sangat canggung dan mencekam, Dafa ketakutan hingga tidak berani menginjak pedal gas dengan kuat.
Kayla kembali bersandar di pintu mobil sambil menatap pemandangan di luar Jendela dengan linglung.
Pada akhirnya, mobil berhenti di taman Vila Aeris. Melihat vila putih di depannya ini, Kayla segera membuka pintu dan keluar dari mobil.
Vila ini adalah rumah pernikahannya dengan Theo. Selain itu, vila Ini juga adalah penjara tempat dia dikurung selama tig
tahun. Dia pernah mencoba untuk menjadi pasangan yang harmonis dengan Theo.. tetapi sekarang dia sudah menyingkirkan niat ini dan hanya ingin berceral.
Selain tidak bisa menemukan taksi di kawasan elite seperti ini, dia juga tidak bisa mengemudi karena mabuk dan Paman Dafa tidak bersedia mengantarnya pulang…
Setelah dipikir–pikir, dia tidak punya pilihan selain bermalam di sini.
Untungnya, nanti Theo akan pergi menemui Raline, Jadi dia akan menganggap dirinya sedang menginap
di hotel.
Kayla masuk dengan terhuyung–huyung, diikuti oleh suatu langkah kaki. Setelah masuk, dia pun membungkuk untuk mengganti sepatunya.
Theo yang berada di belakang Kayla melirik gaun Kayla yang menempel ke tubuh wanita itu dan suatu gejolak muncul di hatinya.
Kayla memiliki kulit yang sangat putih, ditambah lagi, hari ini dia mengenakan rok pensil sehingga sepasang kakinya tampak sangat ramping dan memesona.
Percikan api tiba–tiba membara di dada Theo dan api ini sudah muncul sejak Kayla mengucapkan “satu lawan dua” di dalam mobil tadi.
Selama ini, ada banyak jenis wanita yang mendekatinya, sebagian dari mereka lebih cantik dan lebih seksi dari Kayla. Bahkan ada yang berani telanjang di hadapannya, tetapi dia tidak pernah tertarik.
Percikan api ini muncul bukan karena hasrat seksual, tetapi karena kemarahan.
Meskipun dia tidak menyukai Kayla, dia tidak akan membiarkan Kayla mendambakan orang lain, apalagi membandingkannya dengan pria lain.
Dia menahan seluruh amarahnya dan tidak langsung menyeret Kayla dengan kasar ke atas.
Kayla sama sekali tidak menyadari adanya bahaya, setelah mengganti sepatu, dia memejamkan matanya sambil berjalan ke ruang tamu.
Dia tidak naik ke kamar karena berencana untuk tidur di sofa malam ini.
Dulu, dialah yang memilih sola besar yang nyaman ini. Kayla mengeluarkan selimut tipis dari bawah rak, talu berbaring sambil menyelimuti tubuhnya.
Theo berjalan mendekat sambil menatap Kayla yang berbaring di sofa. “Bangun.”
Kayla berbalik dan membenamkan wajahnya ke bantal, dia mengabaikan Theo.
Ekspresi Theo berubah muram. Dia melepas arlojinya, lalu membuka kancing kemejanya sambil menatap Kayla. Setelah itu, dia mengucapkan kata–kata yang mengejutkan. “Atau kamu ingin melakukannya di sofa?”
Kayla dikejutkan oleh kata–kata ini!
Dia menoleh dengan marah sambil memelototi Theo. Pria seperti apa yang akan berani mengucapkan
kata–kata kotor seperti ini!
Namun, mata Kayla malah tertuju pada garis dada Theo… dan ototnya yang kencang.
Ototnya tidak berlebihan dan ditutupi oleh lapisan tipis sehingga dia tampak seperti seekor macan tutul
yang kekar. 1
Kayla tiba–tiba tersadar. Theo benar–benar melepaskan pakaiannya!
Kayla otomatis berseru, “Bukannya Raline sudah mau mati? Kenapa kamu nggak pergi melihatnya,
malah melepas baju di sini?”
Theo mengerutkan keningnya dan tidak menanggapi Kayla. Dia malah membungkuk dan terdengar
suara tawa yang berat dari tenggorokannya.
Dia mengulurkan tangannya untuk mencubit dagu Kayla, lalu mengarahkan wajah Kayla ke arahnya. Satu lawan dua? Sepertinya kamu cukup ahli, pernah nonton? Atau pernah coba?”
Amarah yang menyelimuti mata Theo makin membara dan setiap perkataannya dipenuhi dengan
sarkasme.
Kayla sudah melupakan apa yang dia ucapkan di mobil tadi. Dia memutar bola matanya sambil berkata,
Dasar gila….”
Sebelum dia selesai berbicara, ciuman Theo yang agresif sudah mendarat. Setiap area yang dicium
Theo terasa sakit, tapi ini jelas bukan ciuman, melainkan….
Gerakannya terlalu mendadak!
Kayla agak linglung karena masih mabuk. Ketika dia sadar, semuanya sudah terlambat. Terdengar suara robekan, Theo merobek gaunnya.
Dia membelalakkan matanya dan meronta hebat sambil berteriak sekuat tenaga. “Theo, jangan sentuh aku! Lepaskan….”
Namun, perlawanannya sama sekali tidak dapat menghentikan Theo. Theo sedikit memejamkan matanya untuk menutupi amarahnya, tetapi ekspresinya tampak sangat dingin.
Pada dasarnya, pria lebih kuat dari wanita, terutama ketika pria tidak mengontrol diri. Kayla segera terperangkap dan meringkuk di bawah Theo, dia sama sekali tidak bisa melepaskan diri.
Dia menyadari bahwa makin dia meronta, makin Theo ingin menindasnya. Jadi, Kayla pun menggertakkan giginya sambil menenangkan diri.
Ketika Theo mencoba untuk menciumnya lagi, Kayla memalingkan wajahnya untuk menghindari Theo. lalu berkata dengan nada dingin. “Sekali empat miliar, kurangi dari enam ratus miliar itu.”
Tiba–tiba, bibir Theo yang berjarak beberapa sentimeter darinya pun tertegun.
Api yang membara di hati Theo langsung padam dan digantikan oleh kekesalan. “Empat miliar? Memang ada wanita dengan harga segini, tapi semuanya sangat ahli dalam bercinta. Kayla, apa yang membuatmu layak dibayar dengan harga segini?”
Kayla menyeka bibir yang dicium oleh Theo dengan punggung tangannya. Entah karena dia tidak sengaja menggores bibirnya atau karena Theo menggigitnya, setiap dia menyeka bibirnya, terlihat darah segar di punggung tangannya.
“Karena keterampilanmu yang buruk, karena kamu suka mengasari wanita, biaya pengobatan, biaya kerusakan mental…” kata Kayla dengan marah sambil memampangkan tangannya ke hadapan Theo.” Biaya vaksin rabies, empat miliar sudah harga suami istri!” @
Setiap perkataan Kayla berhasil membuat wajah Theo menjadi makin suram.
Theo menatap Kayla dengan galak, dia seolah–olah ingin melahap Kayla hidup–hidup