Menantu Dewa Obat

Chapter 6



Bab 6

Alina baru saja masuk kedalam Accord dengan setengah kakinya dan tiba-tiba dia melihat Reva telah membuka pintu Maybach, dia tertegun di tempat. Axel dan Alina juga melebarkan mata mereka.

Mobil yang dipinjam Reva ternyata adalah Maybach yang bernilai tidak kurang dari lima juta?

Ini... bagaimana mungkin?

Situasi itu terlihat agak canggung untuk sementara waktu dan semua orang menatap Reva.

Reva yang sudah duduk di kursi pengemudi, membuka jendela dan berkata, "Sudah larut ini, ayo cepatlah."

Alina seperti tersadar kembali dan saling menatap dengan Axel kemudian keduanya segera keluar dari mobil Accord itu.

Bercanda, kalau ada Maybach siapa juga yang akan pergi dengan Accord?

Apakah menggunakan Accord untuk menjemput Nara terlihat bergengsi? Itu tergantung dibandingkan dengan mobil apa?

Dibandingkan dengan Maybach, itu adalah perbedaan yang sangat jauh seperti langit dan bumi!

Hiro berdiri di sana denga tercengang dan tidak kembali sadar untuk waktu yang lama.

Alina duduk di dalam maybach itu dan melihat semua yang ada di mobil dengan takjub, wajahnya penuh kekaguman.

Meskipun dia tidak mengerti mobil tetapi dia dapat melihat bahwa mobil ini pasti begitu mahal.

Kursi kulitnya sangat nyaman untuk diduduki dan rasanya seperti duduk di kabin pesawat kelas satu. Kursi juga dapat disesuaikan dengan berbagai cara yang belum pernah dilihatnya sebelumnya. Lampu ambient di dalam mobil dapat menyesuaikan suasana di dalam mobil dengan tepat.

Saat mobil berjalan, interior mobil sangat anteng dan tidak ada suara sama sekali.

Yang terpenting adalah proses mengemudi kendaraan sangat mulus. Meski permukaan jalan tidak rata, penumpang di dalam mobil tidak merasakan benturan sedikitpun.

Ini adalah mobil mewah yang sesungguhnya!

Tentu saja, Axel lebih mengetahui itu semua daripada Alina. Dia dengan melihat sekilas saja sudah tahu bahwa mobil ini jauh lebih mahal daripada milik ayahnya!

Setelah lama terdiam akhirnya Axel berkata, "Reva, dari mana kau mendapatkan mobil ini?"

Alina juga segera menatap Reva. Mereka sangat jelas tentang keadaan Reva. Orang yang dikenal Reva jika mempunyai sebuah mobil jelek itu juga sudah bisa dikatakan dia sangat beruntung. Darimana dia pinjam mobil mewah seperti itu?

"Aku meminjamnya dari seorang teman," kata Reva lembut.

"Teman seperti apa? Siapa namanya?" Axel bertanya dengan cepat.

"Kalian tidak mengenalnya." Reva menjawab dengan santai.

Axel mengajukan banyak pertanyaan kemudian tetapi Reva menjawabnya dengan singkat saja.

Axel terlihat sedikit kecewa. Kalau menurut pandangannya teman Reva ini mungkin seseorang yang tidak dapat dibanggakan. Kalau tidak Reva juga tidak akan menjawab dengan singkat seperti itu. "Reva, jadi orang itu harus jujur dan lurus. Menjadi miskin tidak menakutkan tetapi hati yang miskin itu baru menakutkan!"

Axel mengucapkan kalimat itu dengan perlahan, lalu menutup matanya dan berhenti berbicara.

Alina juga secara garis besar mengerti apa yang dimaksud suaminya dan menatap mata Reva dengan tatapan menghina.

1 II

Setelah sampai di bandara mereka bertiga menunggu di pintu keluar itu, tak lama kemudian mereka melihat sekelompok orang keluar.

Di antara mereka, ada seorang wanita yang sangat menarik perhatian.

Dia mengenakan kemeja putih, jas professional warna hitam dipadu dengan rok pendek hitam. Kulitnya yang putih, bentuk badan yang sempurna dengan gayanya yang modis seperti anak perkotaan. Meski memakai kacamata hitam besar yang menutupi separuh wajahnya tetapi separuh wajahnya yang tidak tertutup itu masih terlihat jelas kulitnya yang cukup halus untuk membuat orang iri. Dia adalah Nara, istri Reva, yang pernah menjadi wanita tercantik di Kota Carson!

Namun, Nara sekarang ditemani oleh seorang pria muda dengan pakaian yang agak norak dan terlalu berlebihan.

Entah itu Armani di tubuhnya atau Patek Philippe di pergelangan tangannya, kesemuanya itu menunjukkan bahwa pemuda ini memiliki kekayaan yang luar biasa.

Reva pernah bertemu dengan pria ini. Dia bernama Julian Tae pewaris keluarga Tae di Kota Carson.

Beberapa tahun yang lalu dia mengejar Nara untuk waktu yang cukup lama. Dan selalu

mengatakan dia akan mendapatkan Nara.

Tanpa diduga, keduanya kembali dengan penerbangan yang sama. Apalagi mereka juga berjalan bersama yang membuat hati Reva terasa pedih.

Dan saat ini Axel dan Alina sudah pergi menyambutnya.

"Aduhh, tuan Tae, maaf sekali telah merepotkanmu yang sudah membantu menjaga Nara!" Alina tersenyum dengan penuh pujian di wajahnya. Jika Julian bisa menikahi Nara, maka keluarga mereka pasti akan bangkit kembali.

Dibandingkan dengan Reva yang mengenakan pakaian lusuh itu. Alina melihatnya dengan penuh penghinaan.

Jika keduanya dibandingkan secara bersama-sama maka akan sangat terlihat kesenjangan yang begitu besar.

Apa bagusnya dengan Reva yang hanya dapat meminjam mobil mewah? Bagi keluarga Julian, membeli Maybach hanya seperti membeli mainan saja. Apalagi mobil itu sudah pasti milik pribadi, masih bisakah dibandingkan dengan mobil pinjaman?

Julian terkekeh: "Tante Alina, sama-sama, ini memang sudah seharusnya!"

Reva yang berdiri di samping ikut mendengarkan dan jantungnya berdetak kencang. Dia sangat familiar dengan suara ini. Suara pria inilah yang menjawab ponsel Nara semalam. Pada saat ini, hati Reva benar-benar terasa dingin.

Apakah Nara, istrinya berada di kamar yang sama dengan Julian ini semalam?

Alina dan Axel masih mengobrol dengan Julian kemudian Nara datang dengan wajah dingin.

"Pulanglah, aku sudah lelah!" Suara Nara terdengar dingin. Dia bahkan tidak sekalipun menatap Reva seolah-olah dia tidak ada disana sama sekali.

Alina: "Aduhh, kamu ini.. mengapa terburu-buru sekali? Jarang - jarang aku bertemu dengan Julian untung mengobrol!"

Nara mengabaikannya lalu melemparkan koper di tangannya ke Reva dan langsung pergi.

Reva mengertakkan gigi dan ingin membuang barang bawaannya. Namun pada akhirnya dia menahan diri.

Dia masih belum bisa memastikan apa yang sebenarnya telah terjadi tadi malam. Bahkan jika dia ingin marah dia juga harus menyelidiki semuanya dengan jelas!

Reva membawa barang bawaan dan berjalan di belakang tanpa bersuara. Siapa sangka Julian telah menyusul Nara.

"Nara, aku akan memberikannya padamu!" ujar Julian sambil tersenyum: "Aku baru saja membeli

sebuah Ferrari dan kau memiliki kesempatan untuk ikut denganku menguji mobil itu!".

"Ferrari?" Alina berseru dari samping: "Mobil ini tidak murah, berapa harganya!"

"Tidak banyak, hanya tujuh jula dolar." Julian tersenyum santai: "aku mendapatkan sedikit keuntungan dari proyek terakhirku lalu aku membeli mobil ini sebagai penghargaan untuk diri sendiri."

"Julian benar-benar anak muda yang mempunyai masa depan yang cerah. Dia sudah ahli dalam bisnis ini di usianya yang masih begitu muda. Sangat mengagumkan!" Alina menghela nafas dan melirik Reva pada saat yang sama dan tatapannya pun menjadi lebih dingin.

Perbedaan kedua orang ini juga terlalu besar.

Alina berbisik: "Nara, mengapa kau tidak pulang dengan Julian saja sambil membicarakan bisnis?"

Nara tidak berbicara. Julian mengambil kesempatan itu, sambil tertawa dia berkata, "Ya, Nara, kebetulan perusahaan kami ingin berinvestasi dalam beberapa proyek medis baru-baru ini, kita dapat membicarakannya!"

Ketika dia berbicara, semua orang sudah berjalan ke pintu keluar.

Sebuah mobil sport merah menyala berhenti di pintu keluar, terlihat begitu menarik dan telah menarik perhatian banyak orang.

Seorang pemuda berdiri di samping mobil dan ketika dia melihat Julian keluar dia segera berlari kearahnya: "Julian, mobilmu!"

Julian mengambil kunci mobil lalu berjalan dan membuka pintu mobil itu. Dia berlagak seperti seorang gentleman dan berkata sambil tersenyum, "Nona Nara, silahkan!"

Ada banyak gadis di sekitar situ yang memandang Nara dengan tatapan iri. Dilayani seperti itu, berapa banyak gadis yang dapat menolaknya?

Alina juga ikut mendukung: "Nara, pergilah, jangan biarkan Julian menunggu terlalu lama."

Nara terlihat sedikit ragu-ragu seolah memikirkan apakah akan masuk ke dalam mobil sport itu.

Hati Reva terasa sakit lagi. Nara, Nara, suamimu yang datang menjemputmu sendiri dan kau masih memikirkan untuk naik ke mobil orang? Apakah semua yang kau lakukan sekarang tak perlu lagi menghindari orang?

Melihat Nara yang ragu-ragu, Julian segera berkata kepada Reva sambil tersenyum: "Reva, aku masih ada beberapa hal mengenai bisnis yang perlu didiskusikan dengan Nara, apakah kau keberatan?" Reva tidak berbicara, dia langsung membawa barang bawaannya dan berjalan ke Maybach kemudian memasukkan barang bawaannya ke bagasi.

Nara tidak dapat menahan diri untuk tidak terkejut. Setelah berpikir sebentar, dia menghela nafas dan dengan tak berdaya menggelengkan kepalanya: "Julian, maafkan aku, aku ingin pulang bersama keluargaku. Kita akan membicarakan bisnis ini lain kali !"

Reva mengepalkan tinjunya di dalam mobil dan dia berpikir dalam hatinya bahwa jika Nara sampai masuk ke dalam mobil itu berarti mereka benar-benar sudah selesai. Kemudian semuanya akan berakhir. Tetapi Nara masih belum juga masuk ke dalam mobil Julian. Apakah dia masih dapat menyelamatkan pernikahannya?

Tetapi saat melihat ekspresi Nara yang dingin, Reva tidak bisa menahan rasa sakit di hatinya. i

Apakah pulang denganku itu begitu sulit dan menyakitkan? Jika aku tidak datang, apakah kau akan pulang bersama Julian?

Pemuda di samping Julian terlihat kesal: "Sialan, dia pikir dia siapa si Reva itu. Dia hanya bajingan tidak berguna yang bergantung pada istrinya. Beraninya kau tidak menghormati Julian? Julian kau tunggulah sebentar, aku akan memberinya pelajaran ...'

Julian memandangi mobil itu, wajahnya pucat seolah-olah dia telah melihat hantu dan gemetar: “Jangan jangan pergi ke sana!"

Pemuda itu hendak pergi tetapi telah ditarik oleh Julian.

"Kenapa?" Pemuda itu tampak bingung.

...

Julian tidak berbicara. Dia terus melihat Reva mengendarai mobil itu pergi baru kemudian menghela nafas lega.

"Julian, ada apa?" pemuda itu bertanya-tanya: "Bukankah hanya sebuah Maybach, paling - paling harganya maksimal hanya 5 juta dolar. Sedangkan mobil kita 7 juta dolar, kau masih takut padanya?"

II

Julian memelototinya dan berkata dengan suara kecil, "Kau sangat bodoh. Harga mobil itu tidak penting, yang penting adalah logo di body mobil itu!"

"Logo apa? Plat nomor? Itu sangat umum!" Pemuda itu berkata, "Julian, plat mobilmu memiliki tiga buah angka delapan. Itu jauh lebih mahal daripada punya dia!"

"Aku sedang berbicara tentang stiker pas masuk di mobil ..." Julian menggertakkan giginya dan berkata, "Apakah kau tidak melihatnya? Stiker pas masuk Dragon Lake. Dan itu hanya ada kurang dari 50 buah di seluruh kota ini. Stiker pas masuk itu bernilai 100 juta dolar . Apakah kau masih dapat menandinginya?"

Previous Chapter

Next Chapter


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.