Chapter 106: Truth or Dare?
Setelah bersantai-santai hingga malam, Randika dan Inggrid akhirnya kembali ke kota Cendrawasih dengan penerbangan terakhir.
Bisa dikatakan bahwa kunjungan bisnis kali ini benar-benar sukses.
Kontrak yang dijalin dengan Yosua itu tidak perlu dikhawatirkan akan dilanggar. Dengan bantuan Randika, Yosua memenuhi semuanya yang tertera pada kontrak tersebut.
Setelah turun dari pesawat, waktu sudah menunjukan pukul 10 malam. Kemudian mereka segera menuju rumah dengan banyak barang bawaan.
Saat mereka masuk ke ruang tamu, mereka tidak menyangka akan disambut seperti itu. Suara musik yang keras, lampu yang berkedip-kedip dan banyak orang sedang menari-nari.
Ada apa ini?
Randika dan Inggrid hanya bisa melihat semua ini dengan mata terbelalak.
Lampu ruang tamu ini telah diganti dengan lampu berkedip-kedip, banyak perempuan yang menari diiringi lagu yang menggelegar. Bahkan di antara mereka terlihat membawa gelas anggur bersama mereka.
Suara orang tertawa, gerakan menari yang erotis, paha-paha yang mulus dan dada yang bergoyang-goyang membuat Randika menelan air liurnya.
Mereka semua bagaikan supermodel!
Pada saat ini, dua perempuan yang berdiri di dekat pintu masuk tertawa ketika melihat Randika dan Inggrid. Kemudian mereka menarik tangan Randika dan membawanya ke lantai dansa.
"Jangan tegang begitu, menarilah bersamaku." Perempuan cantik ini terdengar mabuk, jelas dia sudah mabuk berat.
Inggrid sudah tidak bisa berkata-kata dan hanya bisa menghela napas. Adiknya Hannah itu pasti telah memanfaatkan kepergiannya untuk mengadakan pesta.
"HANNAH!" Teriakan Inggrid benar-benar percuma, teriakannya itu kalah dengan suara musik.
Inggrid lalu memutuskan untuk membawa barang-barangnya itu dan naik ke kamarnya. Dia akan memarahi Inggrid setelah semua ini selesai.
Namun, Randika justru dioper-oper oleh para perempuan untuk menari dengan mereka semua. Jelas mereka semua ini sudah mabuk.
Melihat perempuan yang pertama kali mengajaknya menari, Randika terpaku pada dadanya yang bundar dan menawan itu. Meskipun tidak besar, bentuknya sangat indah.
"Kakak dari jurusan apa kamu?" Perempuan itu sempat menanyakan di tengah dansa mereka.
Kakak?
Jadi dirinya disangka sebagai salah satu murid?
"Dari jurusan Bahasa." Kata Randika sambil tersenyum.
"Apa kakak punya pacar?" Wajah perempuan itu sudah merah, entah karena mabuk atau malu sudah bertanya.
Randika menyukai orang mabuk seperti ini, inilah saat-saat orang akan jujur pada diri mereka sendiri.
Ketika Randika ingin menjawab, perempuan itu memeluknya dan mengelus dadanya.
"Wah… otot dada kakak keras sekali." Jari-jemari perempuan tersebut berenang-renang di dada Randika.
Randika lalu menatap mata perempuan tersebut, tatapan matanya seperti serigala yang telah menemukan makan malamnya hari ini.
Apakah dirinya akan 'dimakan'?
Namun, di saat Randika masih berkhayal, terdengar suara ngorok dari bawah. Ternyata perempuan itu tertidur!
Randika yang menghela napas itu lalu membawa perempuan di pelukannya ini ke sofa. Pupus sudah harapannya untuk bersenang-senang hari ini.
Randika bukan orang yang memanfaatkan kesempatan seperti ini untuk mencari keuntungan, inilah sifat jentelmen sejati!
"Feli!"
Kedua teman dari Feli itu terkejut ketika dia dibawa oleh seorang pria. Mereka lalu menidurkan Feli di sebuah sofa dan Randika menjelaskan semuanya.
Lalu kedua temannya itu mengajak Randika meminum anggur yang ada untuk mengucapkan terima kasih. Mereka senang dengan sifat jentelmen Randika.
Kegiatan pesta ini terus berlanjut, di lantai dansa semuanya makin menari dengan liar. Meskipun mayoritas semuanya adalah perempuan, masih ada laki-laki di antara mereka walaupun jumlahnya sedikit. Yang paling mencolok adalah pakaian yang dipakai para perempuan ini. Semua menggulung pakaiannya hingga pusarnya terlihat dan hotpants mereka menonjolkan kaki mulus mereka yang panjang.
Melihat para perempuan muda ini membuat mata Randika puas melihatnya.
Di sampingnya, beberapa perempuan sedang main "truth or dare."
Mereka memakai kartu dan siapapun yang mendapat kartu joker akan ditanya truth or dare oleh peserta lain.
"Hahaha Putri kau kalah! Cepat kamu pilih truth or dare?" Beberapa perempuan lainnya menjadi histeris.
Perempuan bernama Putri itu terlihat ragu. "Aku pilih truth."
"Baiklah…" Temannya yang disampingnya itu menjadi bersemangat. Dia lalu menyuruh semuanya mendekat dan bertanya. "Put… malam itu, apakah kamu dan pacarmu melakukannya?"
"Kyaaaa!" Semuanya menjadi histeris mendengarnya.
"Malam yang mana?" Putri sepertinya punya kulit yang tebal, dia tetap tenang menghadapi mereka.
"Kamu mengerti maksudku, jangan mengelak. Apakah kalian melakukannya?" Semua mata tertuju pada Putri.
Di bawah tatapan tajam teman-temannya, wajah Putri menjadi merah dan dia mengangguk. Dalam sekejap teriakan histeris dan kaget terdengar keras.
"Hei, hei, apakah tidak sakit?" Beberapa temannya ingin tahu lebih lanjut tetapi Putri dengan sigap menjawab. "Cuma satu pertanyaan."
Dengan begitu mereka mulai bermain lagi.
Randika masih duduk di tempatnya dan hanya tersenyum melihatnya. Ah… Masa muda memang harus begini.
Namun, dari belakangnya terdengar suara yang familiar. "Kak, mau minum anggur?"
Randika menoleh dan melihat Hannah memakai kostum kelinci dewasa berwarna hitam dengan stoking jala.
Randika melongo melihat adik iparnya ini. Dadanya yang seakan mau tumpah itu dan kaki putihnya yang panjang itu kontras dengan stokingnya. Dan belum lagi telinga kelinci yang dipakainya, membuat adik iparnya ini terlihat sexy!
"Baiklah aku akan minum segelas." Randika lalu mengambil gelas dan tersenyum. "Aku tidak menyangka kau akan memakai baju senakal itu."
"Eh, bukannya ini imut?" Hannah lalu berputar untuk memperlihatkan ekornya sambil tersenyum.
"Imut sekali." Randika mengacungkan jempolnya.
Duduk di sebelah Randika, Hannah tersenyum. "Kenapa kakak cepat sekali kembalinya? Bukannya harusnya 3 hari lagi ya?"contemporary romance
"Pekerjaan kita cepat selesai kali ini jadi kami tidak ingin berlama-lama di sana." Randika bingung kenapa adiknya ini menanyakan hal ini di tengah pesta.
"Kak Inggrid juga sudah pulang?" Mendengar hal ini Randika sudah bisa menebak alasannya, adik iparnya ini takut!
"Kakakmu ada di kamarnya."
Ekspresi Hannah menjadi sedikit panik. "Apa kak Inggrid terlihat marah?"
"Aku rasa sedikit." Randika lalu tertawa melihat ekspresi Hannah yang panik itu.
"Kak Randika…." Tiba-tiba Hannah tersenyum dan memeluk tangan Randika. Dengan ekspresi memelas dia berkata dengan nada lembut. "Kakak akan membantuku kan?"
Sambil menikmati sensasi empuk itu, Randika mengelus kepala adiknya. "Tentu saja, serahkan ini padaku."
"Hehehe aku tahu kakak adalah orang baik." Hannah tersenyum.
Pada saat ini, ada seorang perempuan super cantik mendekati mereka berdua.
Randika menoleh dan bertanya-tanya, ada masalah apa sekarang?
Namun, kedua tangan Randika itu ditahan dan tanpa aba-aba, perempuan cantik itu mencium Randika.
Iya, mencium!
Kali ini bukanlah Randika yang memaksa namun dia yang dipaksa!
Dalam sekejap, semua perempuan yang duduk di sekitar sofa tertawa dan bersemangat. Hannah pun juga ikut tertawa.
Setelah berciuman panas melibatkan lidah, perempuan itu mengatakan. "Maaf, aku memilih dare."
Kemudian dengan santai perempuan itu kembali ke teman-temannya.
Randika berusaha terlihat tenang dan keren, dalam hatinya dia cuma berpikir. Tidak masalah kalau kau kalah taruhan, tapi kalau bisa jangan gigit bibirku itu!
Randika lalu memegangi bibir bawahnya itu dan terlihat ada sedikit darah.
"Han, cepat ke sini dan ikut bermain." Teriak salah satu perempuan.
"Sebentar, tunggu aku!" Hannah dengan cepat menyeret Randika untuk ikut.
"Wah, sejak kapan kau punya pacar setampan ini?" Semua temannya mulai bersemangat.
Hannah cuma tertawa. "Sudah ayo cepat!"
"Hahaha ada yang malu-malu nih cieee!"
Setelah menambahkan 2 kartu, permainan truth or dare dimulai.
Lalu setelah semua orang memilih kartu, Randika mendapatkan kartu joker.
Sialan, kenapa dirinya begitu sial?
"Truth or dare?" Tanya mereka semua.
"Truth." Kata Randika tidak berdaya.
"Oh, oh, aku punya pertanyaan bagus." Seorang perempuan lalu bertanya sambil menyeringai. "Seberapa panjang punyamu itu?"
"Dasar mesum!" Teman-temannya itu tertawa mendengar pertanyaan tersebut. Mungkin cuma Hannah yang terlihat malu, perempuan-perempuan lainnya memang berani!
Namun, dalam hati Hannah juga penasaran. Seberapa besar punya kakak iparnya itu?
Randika hanya menggelengkan kepalanya, perempuan jaman sekarang pada sakit semua!
Namun, Randika adalah orang yang kaya pengalaman, dia tidak akan tunduk pada generasi muda.
Di bawah tatapan para serigala ini, Randika tersenyum dan berkata dengan santai. "Sebelum itu mengeras, kurasa 12 cm."
"Hah! BOHONG!" Jelas semua yang mendengarnya tidak percaya. Hannah sendiri matanya sudah terbalalak ketika mendengarnya.
"Percaya atau tidak terserah kalian, tapi kalau kalian mau mengecek silahkan saja." Randika lalu tertawa. Cara menghadapi orang seperti ini adalah menantang mereka maka mereka akan mundur dengan sendirinya.
Sesuai dugaannya, setelah berkata seperti itu, para perempuan serigala ini segera menciut nyalinya dan hanya tertawa. Mereka tentu ingin mengecek tetapi tidak berani, semua sahabatnya ada di sini jadi mereka sungkan.
Permainan kembali dimulai, kartu sudah diacak dan sekarang waktunya mereka mengambil.
Semua membuka kartunya dan yang mendapat kartu joker adalah…. Randika!
Dengan cepat muka Randika menjadi muram, hari ini dia begitu sial.
"Yeiii!" Semua perempuan itu bersemangat. "Truth or dare?"
"Dare!" Randika sudah menggigit bibirnya sendiri dan mengatakan. "Kenapa aku begitu sial hari ini?"
"Karena kamu memilih dare…" Semua perempuan itu menatap satu sama lain lalu menatap Hannah.
"Han, karena dia pacarmu, saatnya kamu menghukum dia."
Hannah menatap Randika dan Randika menatap Hannah. Tatapan mata Hannah penuh dengan kejahilan dan akhirnya dia bisa menemukan momen balas dendamnya.
Hannah lalu tersenyum dan berkata. "Serahkan tubuhmu itu untuk kita raba selama 15 menit."
APA?
Semua serigala itu berteriak histeris, Hannah telah menjual pacarnya sendiri!
Randika hanya bisa tersenyum pahit dan membiarkan tubuhnya dipegang-pegang.
"Ah baju ini menghalangi saja!"
"Wah dadamu keras sekali!"
"Pantatmu juga keras!"
"Wah otot perutmu keras sekali!"
"Wah..."
.........
Para perempuan yang haus ini dengan cepat menjelajahi seluruh tubuhnya, mereka benar-benar tidak memberi ampun pada Randika.
Hannah hanya melihat semua ini, dia tidak berani bertindak aneh-aneh pada kakak iparnya.
Setelah 15 menit penuh pelecehan ini, Randika akhirnya bisa bernapas normal kembali.
"Lagi!" Randika tidak terima dirinya yang kalah terus.
Permainan truth or dare dimulai kembali. Setelah kartu dibagikan, saatnya penentuan.
Wajah Randika segera menjadi pucat, dia benar-benar harus mandi 7 kembang.
"Hahaha! Truth or dare?"
Randika sudah ingin menangis mendengarnya.
done.co