Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Chatper 363



Bab 363
Setelah mendengar perkataan kakeknya, entah kenapa tubuh Agatha gemetaran. Kakeknya pun
mengelus bahunya. “Jangan takut. Waktu masih muda dulu di medan perang, nggak terhitung berapa banyak orang yang sudah
kubunuh. Jika bukan karena ayahmu yang berontak, nggak mau
meninggalkan keturunan bagi keluarga Wilson dan terlalu terobsesi sama wanita itu, mana mungkin aku bakal gunain cara
seperti ini?”
“Jadi, Maisha sakit leukimia bukan kebetulan?” Agatha terkejut saat menatap kakeknya.
Mata Antono dipenuhi nafsu membunuh. Sudut bibirnya terangkat membentuk seulas senyum dingin.” Tentu saja. Dulu, setelah
ibumu meninggal tak terduga, aku bermaksud menikahkan ayahmu sama wanita yang setara dengan keluarga Wilson. Tapi
siapa sangka, dia malah menikahi Maisha. Setelah keguguran dan nggak bisa hamil lagi, aku sudah saranin agar cari wanita
yang sehat buat melahirkan anaknya, tapi dia menolak. Jadi, aku nggak punya pilihan lain.”
Jari–jari Agatha tanpa sadar mencengkeram erat pegangan kursi. Pada saat itu, Maisha mengalami keguguran karena diam–
diam Agatha yang berulah.
Dia membenci Maisha sejak kecil, merasa bahwa Maisha telah merebut cinta ayahnya dari ibunya. Jika mereka memiliki anak
lagi, bahkan dia juga merasa akan kehilangan ayahnya.
Agatha sebenarnya senang wanita itu tidak bisa memiliki anak, tetapi malapetaka ini membuat Antono
ingin membunuhnya.
Melihat Agatha hanya diam, kakeknya melunakkan sikapnya. “Nak, kakek beri tahu. Kalau kamu nggak bersikap tegas, posisimu
nggak mungkin stabil. Jangan kira kakek bersikap kejam, semua perbuatanku itu demi kamu dan keluarga kita.”

“Kakek, aku mengerti.”
“Bagus kalau mengerti. Kamu harus selalu berada di pihak kakekmu, jangan pernah kasih tahu ayahmu. Kamu jangan khawatir,
hari ini Maisha besok Selena. Asal kamu nggak bocorin tentang kecocokan sumsum tulang belakangmu, Maisha nggak bakal
bertahan lama.”
“Baiklah. Kakek.”
“Anak baik. Ya sudah, Kakek masih harus menemui tamu.”
“Tamu? Siapa?”
“Nanti Kakek kenalin. Kamu keluar dulu aja.”
Agatha merasa curiga. Teman baik kakeknya semuanya ada di luar negeri. Di dalam negeri, dia jarang menghubungi siapa pun.
Siapa tamu ini?
Agatha pura–pura pergi, lalu diam–diam sembunyi di balik pohon besar di halaman.
Agatha awalnya mengira akan merasa tenang, tetapi setelah mengetahui kebenaran, dia merasa makin
gelisah.

Dia sangat membenci Maisha. Namun, setelah memikirkan bahwa dialah yang menyebabkan wanita itu keguguran sampai tidak
bisa hamil lagi seumur hidup dan karena alasan itulah Antonio ingin membunuhnya, hati Agatha terasa sangat berat.
Kakek lahir pada masa kekacauan. Pada masanya, mereka harus berperang untuk menjaga stabilitas negara. Nyawa–nyawa
manusia mereka anggap bukan apa–apa.
Mereka adalah para prajurit yang berjuang bagi negara dan rakyat. Atas jasa mereka, negara ini bisa mencapai kemakmuran
dan kejayaan sekarang. Bagi orang biasa membunuh seekor ayam saja sudah menakutkan, apalagi membunuh manusia.
Dalam hati Agatha, kakeknya adalah pahlawan besar.
Kakeknya adalah pahlawan yang berjasa, tetapi dia berniat jahat terhadap wanita. Agatha tidak tahu apa yang harus dia lakukan
sekarang.
Tiba–tiba terdengar suara kepala pelayan tua dari halaman. “Nyonya, silakan tunggu di sini.”
Agatha segera tersadar dari lamunannya dan melihat ke arah orang yang datang.
Tamu itu adalah seorang wanita yang mengenakan topi jerami. Topi hitam itu menutupi seluruh tubuhnya, bahkan wajahnya pun
tertutup topeng bermotif totem.
Penampilannya tidak seperti orang modern, malah seperti penjahat dalam film. Tidak sedikit pun kulitnya terbuka.
Wanita itu berdiri di halaman dan kepala pelayan melanjutkan pembicaraan. “Nyonya, mohon buka topi
jeraminya.”

Wanita itu tertawa ringan. Tangan yang terulur tampak putih seperti mutiara. Dilihat dari kulitnya seharusnya dia masih muda,
paling tidak 20 atau 30–an tahun.
Kuku–kukunya panjang dan setiap dicat dengan warna merah menyala..
Perpaduan antara putih dan merah itu membuat Agatha teringat pada tokoh antagonis yang jahat.
Wanita itu melepas topinya. Dia mengenakan gaun oriental yang ketat, menonjolkan lekuk tubuhnya yang indah, bahkan Agatha
pun terkesan melihatnya.
Mungkinkah kakeknya ingin berduaan dengan wanita itu? Kakeknya sudah tua, tetapi masih ingin cari wanita?
Diiringi suara melengking, pintu terbuka.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.