Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Chapter Bab 346



Bab 346
Dengan wajah pucat pasi, Calvin menatapnya dan berkata, “Baiklah, aku akan mengaturnya. Namun, dia sekarang sangat
lemah, jadi waktu bicaranya tidak boleh terlalu lama,”
“Aku akan memerhatikannya, terima kasih.”
Calvin menghela napas tanpa daya. “Aku dengan susah payah membawamu kembali, dan bahkan memaksamu untuk tes tanpa
persetujuanmu. Akulah yang harus meminta maaf padamu, maafkan aku.”
Melihat wajah lelah Calvin, Selena tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk menyalahkan Calvin.
*Tidak apa–apa, Paman Calvin. Seharusnya aku yang berterima kasih padamu. Jika bukan karenamu, aku mungkin masih
tertipu dan tidak tahu apa–apa. Karena aku bukan anak kandung Nyonya Maisha, maka menemukan anaknya pasti bisa
menyelamatkannya. Jangan terlalu sedih.”
“Ya, ayo pergi. Aku akan membawamu bertemu dengannya dan mencari tahu tentang kejadian di masa lalu.”
Calvin membawa Selena ke rumah sakit, tiba–tiba terjadi begitu banyak hal yang membuat pikiran Selena penuh sesak,
sehingga dia sama sekali tidak punya waktu untuk memikirkan Lanny.
Maisha bukan ibu kandungnya, lalu bagaimana dengan Arya?
Dia adalah ayahnya, atau ada orang lain.
Apakah Arya tahu tentang asal–usul dirinya?
Selena merenungkan kembali semua momen bersama Arya sejak kecil, tetapi tidak menemukan jejak

sedikitpun.
Melihat tirai hujan yang lebat di luar sana, seperti itulah hatinya sekarang, kacau balau.
Tanpa terasa, mobil telah sampai di rumah sakit. Selena buru–buru turun dari mobil, saking terburu–buru
dia hampir terjatuh, untunglah Calvin sempat menopangnya.
“Hati–hati.”
“Ya, terima kasih.” Selena berkata dengan datar dan segera mengikutinya.
Ini adalah pertama kalinya Selena melihat Maisha setelah dia sakit. Perasaannya sekarang sangat
campur aduk saat melihat lagi.
Apakah Maisha sudah tahu sejak dulu bahwa dia bukan putrinya, sehingga dia bersikap begitu dingin pada dirinya?
Jika begitu, Maisha sebenarnya tidak berutang apa pun pada dirinya.
Beberapa hari tidak bertemu, dia sudah tidak memiliki penampilan seperti wanita terhormat dan elegan

seperti sebelumnya.
Tubuhnya menjadi sangat kurus. Rambutnya terurai di atas tempat tidur, dan wajahnya pucat pasi. Dia tampak sangat lemas
dan tidak bersemangat.
Mendengar suara pintu terbuka, Maisha segera melihat ke arah pintu.
Ketika pandangannya tertuju pada Selena, mata kosongnya seketika berkilau.
Dia berusaha keras untuk duduk dari tempat tidur, Calvin dan Selena dengan sigap melangkah maju
untuk membantunya.
“Jangan bangun, begini saja sudah cukup.”
Maisha menggenggam tangan Selena erat–erat dan berkata, “Selena, kamu akhirnya datang menemui Ibu. Ibu tahu semua
yang terjadi di masa lalu adalah salah ibu. Ibu minta maaf.”
Selena agak terkejut, dia pikir Maisha sudah tahu, tetapi sudah seperti ini, tidak perlu lagi berpura–pura menjadi ibu dan anak
yang sangat dekat.
Maisha meraih tangan Selena dan mengelus pipinya. “Maaf, Ibu yang salah. Kamu pasti sangat ketakutan saat itu, tetapi aku
malah berkata seperti itu.”
Selena melirik Calvin, tatapannya seolah bertanya apakah Maisha tidak tahu?
Calvin membantunya duduk tegak. “Maisha, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu. Kamu janji

dulu tidak akan marah.”
Maisha menatap Selena dan Calvin. Dia juga merasakan ada sesuatu yang tidak beres.
“Apakah sumsum tulangnya tidak cocok? Selena, Ibu sudah mengerti. Semua ini salah Ibu di masa lalu. Sekarang, Tuhan ingin
menghukum Ibu. Apapun hasilnya, Ibu terima. Di sisa hidup Ibu, Ibu hanya ingin melihatmu hidup dengan damai dan sejahtera.
Itu sudah cukup bagi Ibu.”
Ketika Selena mendengar perkataan itu, hatinya makin terasa seperti tertusuk duri.
Mengapa hal seperti ini harus terjadi saat Maisha baru saja sadar dan dirinya akhirnya bisa merasakan kasih sayang seorang
ibu?
“Selena, kenapa kamu menangis?”
Maisha memeluknya dengan erat dan berkata sambil menangis tersedu–sedu, “Selama ini Ibu selalu mengenang masa lalu. Ibu
bukan ibu yang baik, tidak pernah peduli padamu. Waktuku tidak banyak lagi. Beri Ibu kesempatan. Ibu ingin mencintaimu
dengan sepenuh hati sekali saja.”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.