Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Chapter Bab 331



Bab 331
Di pulau, Selena menghabiskan beberapa hari dengan santai, di mana setiap harinya hanya makan dan
tidur. Seketika, kualitas hidupnya pun menjadi membaik.
Dengan kaki telanjang, dia berlarian di pantai sambil membawa ember, sering kali dia juga menemukan
beberapa kepiting pasir dan buru–buru memasukkannya ke dalam ember menggunakan penjepit.
Sebenarnya, Bonbon ingin turun untuk membantu, tetapi begitu melompat dan menyadari bahwa kakinya
terasa agak panas, ia langsung kembali.
Setelah menangkap banyak kepiting pasir kecil, Selena membawanya ke area peternakan dan memasukkan kepiting itu ke
dalam peternakan hingga membuat ayam, bebek dan angsa mengejarnya
gila–gilaan.
Melihat kehidupan yang tampak menyegarkan ini, membuat Selena merasa jauh lebih baik.
Begitu kembali ke kamar, mandi dan hendak makan, dia menerima panggilan dari Isaac, “Kak Selena,
bagaimana kabarmu?” tanyanya.
“Cukup baik, aku makan enak, tidur juga nyaman. Aku juga nggak khawatir diculik.”

“Baguslah kalau begitu. Aku cuma mau memberitahumu, Paman Arya sudah sampai di pulau dengan selamat. Tadi aku juga
meminta dokter di pulau untuk memeriksa, kondisi Paman stabil.”
Mendengarnya, akhirnya Selena menjadi lega, lalu segera bertanya, “Isaac, mengenai Leo, apa sudah
beres?”
“Sudah, dia bakal segera datang, cuma Paman Arya perlu melakukan beberapa persiapan sebelum operasi, kira–kira waktu
operasinya dua minggu lagi.”
Sesudah mendapatkan jawaban yang pasti, suasana hati Selena menjadi membaik, “Risiko operasi ini sangat tinggi, aku ingin
berada di sisi Ayahku,” ujarnya.
Yang Selena pedulikan saat ini bukanlah kebenaran, melainkan karena Arya tidak punya anggota keluarga di sisinya selama
menjalani operasi.
“Kak Selena, aku sengaja meminta seseorang untuk mencoba melacakmu melalui sinyal ponselmu, sumber sinyalmu sengaja
disembunyikan, aku nggak bisa menemukannya sama sekali.”
“Percuma, di peta pulau tempatku berada, aku juga nggak bisa menemukannya.”
“Ya sudah Kak Selena, beberapa hari lagi aku akan pergi merawat Paman Arya untukmu, aku akan melakukan yang terbaik
untuk melindunginya.”
“Makasih ya, Isaac.”
“Aduh, Kakak nggak perlu sungkan. Aku benar–benar merasa bersalah karena kali ini nggak bisa

membawamu pergi. Kakak tenang saja, lain kali, aku pastikan dia nggak akan pernah bisa
menangkapmu lagi.”
“Kak Selena harus jaga diri baik–baik, obat yang aku kasih juga harus diminum tepat waktu. Selama punya harapan, pasti akan
melihat jalan keluarnya,” ucap Isaac dengan suara lembut yang bergema di
telinganya.
Seusai mengakhiri panggilan, Selena memandangi matahari terbenam di kejauhan, dia merasa terdorong oleh perkataan Isaac,
mentalnya yang sempat hancur perlahan mulai terbentuk kembali.
Dia percaya, semuanya akan baik–baik saja.
Akan tetapi, tentunya yang paling dia inginkan adalah bisa berada di sisi Ayahnya.
Selesai makan, Selena berinisiatif untuk menghubungi Harvey. Semenjak Harvey pergi, keduanya tidak pernah saling
menghubungi.
Kalau bukan karena semua orang menjaganya dengan baik, Selena akan merasa seperti diasingkan di pulau terpencil ini.
Panggilan terhubung, kemudian terdengar suara Harvey yang rendah seperti biasa, “Halo,” katanya.
Dulu setiap kali mendengar suara Harvey, jantung Selena berdegup kencang, namun kini dia hanya
merasakan ketenangan.
“Kamu berniat mengurungku sampai kapan?” tanya Selena.
Menggunakan kata “mengurung“, Harvey mengernyit, “Memangnya pulaunya nggak menyenangkan?”
jawabnya.
Pulau ini sengaja dibuat sesuai dengan kesukaan Selena, bahkan orang yang bawel sekalipun tidak
akan mempermasalahkannya.

“Menyenangkan sekali, bahkan aku ingin tinggal di sini selamanya, tapi aku ingin pulang sebentar, aku khawatir dengan
Ayahku,” jelas Selena dengan jujur.
Dengan suara rendah, dia memohon, “Harvey, boleh nggak aku pulang sebentar?”
Harvey menahan dahinya, dia tidak bisa menolak permintaan Selena. “Tunggulah beberapa hari lagi, aku akan menyuruh orang
untuk menjemputmu.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.