Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Chapter Bab 317



Bab 317
+15 BONUS
Mungkin karena angin laut hari ini terlalu sepoi atau mungkin karena matahari terbenamnya terlalu
hangat.
Atau mungkin juga karena dia adalah seorang pasien kesepian yang sudah lama menyendiri, sehingga sedikit kebaikan dari
orang lain saja akan membuatnya lengah.
Dia mengikuti Harvey ke pulau itu secara tidak sengaja. Bonbon sangat patuh, ketika melihat Selena
pergila segera mengikutinya.
Pulau ini sangat indah, meskipun tidak terlalu besar, fasilitas di pulau ini sangat lengkap.
Di pulau ini banyak ditanam berbagai jenis bunga dan setiap tahun akan mekar.
Saat ini, jalan yang dia lewati di kedua sisinya ditanami dengan bunga sakura yang sangat indah.
Tanpa campur tangan petugas kebersihan, Jalan akan ditutupi dengan hamparan bunga sakura yang tebal karena berguguran.
Saat angin berembus, kelopak bunga akan beterbangan di udara.
Bonbon sepertinya sangat menyukai tempat ini, ia terus berguling–guling di antara bunga–bunga itu.
Di sebelahnya terdapat laut yang indah. Airnya jernih tanpa ada kotoran sedikit pun, bahkan pasir di

pantainya pun sangat halus dan berwarna putih susu.
Lautnya tenang, terkena sinar matahari yang lembut dan tampak berkilauan di permukaan laut.
Tidak diragukan lagi, tempat ini sangat indah!
Tempat ini seperti surga, hanya berdiam diri selama lima menit di sini saja, kamu bisa melupakan
segala kekhawatiran.
Harvey memegang tangan Selena dengan lembut sambil berjalan ke tengah pulau, meninggalkan hutan
sakura dan melewati jalan pohon ginkgo.
Di kedua sisi jalan ditanami pohon ginkgo berusia ratusan tahun. Dahan–dahannya ditumbuhi dedaunan
hijau, tidak bisa dibayangkan betapa indahnya pemandangan di sini.
Saat berjalan ke depan, ada beberapa bunga robai dan bunga plum.
Di sana juga ada beberapa kebun buah, peternakan unggas dan tanah subur yang telah dibudidayakan.
Bukankah ini tempat impian yang pernah Selena ceritakan padanya? Sebuah pulau terpencil yang tenang, tempat di mana dia
bisa melupakan semua masalah dunia untuk sementara waktu.
Bahkan konstruksi rumahnya juga berbeda dengan vila–vila di kota besar. Perumahan di sini dibangun dengan bambu dan kayu,
bergaya primitif, tetapi peralatan di dalamnya sangat modern..
Melihat tempat ini tidak dibangun dalam waktu singkat, Selena merasa sedikit tersentuh.

Saat teringat pertunangannya yang dipenuhi dengan bunga sakura, Selena segera tersadar kembali dari lamunannya sambil
menyembunyikan senyum di wajahnya.
“Kenapa, apa yang kamu tidak suka?” Harvey tampak sangat peduli dengan preferensinya.
“Jadi, aku harus bilang Tuan Harvey itu peka atau setia?”
Nada bicara Selena menjadi dingin. “Apakah ini disiapkan untuk Agatha?”
*Seli, kamu benar–benar tidak mengenali tempat ini? Semua yang ada di sini disiapkan sesuai dengan seleramu, Agatha belum
pernah datang ke sini, apa kamu suka?”
“Apakah preferensiku penting?”
Selena tertawa sinis. “Apa pun yang kusuka, pada akhirnya akan direbut olehnya. Pria, gaun, rumah,
asalkan dia memintanya, mungkin kamu juga akan mencabut bintang–bintang di langit untuknya.”
“Harvey, bagaimana aku harus menjawabmu? Aku mau bilang suka, tapi takut itu akan segera menjadi miliknya. Asalkan dia
menginginkannya, aku harus menyerahkan kepadanya.”
Suaranya tidak keras, tapi setiap kata membawa beban yang sangat berat dan menusuk hati Harvey.
Ada saat–saat ketika Harvey ingin mengatakan yang sebenarnya kepada Selena.
Namun, saat ini bukanlah kesempatan yang baik.
Dia menjilat bibirnya, ada rasa bersalah yang terpancar dari matanya. “Dia tidak akan tahu tempat ini.”
Mendengar perkataannya, Selena tertawa. “Jadi, aku hanya bisa mengambil barang–barang yang tidak dia inginkan. Bahkan
kalau ada barang bagus, aku harus menyembunyikannya. Begitu dia meminta, kamu akan memberikan padanya, termasuk
pulau kecil yang khusus kamu buatkan untukku ini, ‘kan?”
Harvey tidak bisa menjelaskannya, dia hanya berkata dengan santai, “Seli, aku akan menebusnya.”
Melihat ekspresi wajahnya yang bingung. Selena tidak banyak bertanya lagi.
Lagi pula, kalau Harvey memang ingin mengatakannya, dia pasti sudah mengatakannya tanpa perlu

ditanya.
“Terima kasih atas kebaikanmu.”
Selena membawa Bonbon masuk ke dalam ruangan, meninggalkan Harvey dengan acuh tak acuh.
Tangan Harvey sedang terkepal erat. Dia tidak punya pilihan selain menurunkan tangannya dan mengejarnya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.