Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Chapter Bab 311



Bab 311
Sesuai dugaan Selena, memang itulah isi hati Harvey.
Harvey sudah muak dengan rasa sakit yang harus dia hadapi setiap kehilangan Selena, jadi dia ingin membuat Selena terus
berada di sisinya. Ini semua agar Harvey bisa melihat Selena kapan pun dan di
mana pun.
“Seli, aku sudah mencoba untuk melepaskanmu. Aku ingin membuatmu merasakan hidup yang bebas, tapi akhimya jadi begini.”
“Aku sudah berusaha menahan diri,” kata Harvey sambil menekankan setiap patah katanya, ekspresinya terlihat sangat
tertekan.
Akan tetapi, ternyata percuma saja dia menahan diri. Bukannya membuat Selena keluar dari kegelapan, Harvey malah membuat
wanita itu makin sengsara.
Selama beberapa hari Selena menghilang, rasanya Harvey sudah seperti mayat hidup.
Setiap hari terasa seperti neraka yang menyiksa Harvey. Pada akhirnya, Harvey memutuskan bahwa lebih baik Selena
membencinya daripada dia harus hidup tanpa bisa melihat ataupun menyentuh Selena.
Selena bisa melihat betapa tertekannya Harvey. “Kenapa sih kita jadi begini...
Hubungan Selena dan Harvey ibarat belitan rantai yang tidak bisa diurai. Tidak peduli berapa lama waktu berlalu, pokoknya
mereka berdua hanya akan makin saling terikat tanpa bisa melepaskan diri.

Makin lama, belitan rantai itu akan makin menjerat mereka hingga mereka menghembuskan napas
terakhir.
“Aku nggak menginginkan semua ini, Harvey. Entah di awal ataupun di akhir, kuharap kita bisa saling menghormati.
Masalahnya, saat ini hubungan kita sudah menjadi topik pergunjingan publik...”
“Kamu nggak usah ambil pusing dengan apa yang mereka katakan di media sosial, Selena, Pokoknya. kamu cukup tahu bahwa
perasaanku kepadamu nggak akan berubah sampai kapan pun.”
*Kamu tahu nggak? Kalau ucapanmu itu kamu katakan enam bulan yang lalu, aku pasti akan merasa sangat senang. Tapi,
Harvey, sekarang cintamu hanyalah belenggu untukku,” sahut Selena sambil
tersenyum dengan getir.
“Oke, oke,” ujar Harvey mengalah sambil mengangkat kedua tangannya. “Sekarang, kamu turun dulu. Kita bicarakan baik–baik
maumu apa, oke? Aku janji akan mendengarkanmu. Kamu nggak mau aku melukainya, ‘kan? Alex, buka talinya.”
Alex langsung menuruti perintah Harvey, dia segera membuka ikatan tall yang mengikat Isaac.
Isaac mengelap air hujan yang membasahi wajahnya, lalu langsung berlari menghampiri Selena.
#15 BONUS
“Lihat, Kak Selena, aku nggak apa–apal Turun dulu, ya? Semua bisa dibicarakan baik–baik!”
“Maaf, Isaac, aku nggak bisa melihat pulau yang kamu sebut–sebut itu. Terima kasih selama ini kamu sudah memperhatikanku,
semoga kamu selalu hidup bahagia.”

“Harvey, aku juga ingin hidup bahagia. Aku mau melihat langit yang biru dan juga mencium aroma bunga yang diterbangkan
oleh angin. Aku mau hidup seperti gadis blasa yang menikmati teh susunya di sudut jalan sambil menonton film,” kata Selena
sambil menangis tanpa isakan.
“Seli, aku janji akan mengantarmu ke pulau mana pun yang kamu mau, oke? Kamu mau teh susu, ‘kan? Rasa apa? Biar
kusuruh orang untuk langsung membelikannya!”
“Sudah terlambat.”
Kali ini, Selena menatap Harvey dan semua orang yang berada di bawahnya. Ternyata selama ini sudut pandang Harvey itu
seperti ini, ya?
Memandang semua orang dari atas, tetap tidak bisa mengungkapkan kesepian yang dirasakan.
“Harvey, aku juga menahan diriku.”
Selama ini, Selena selalu memendam perasaan kecewa dan kesedihannya terhadap dunia.
Bagaimanapun juga, Selena ingin menjalani hidup dengan penuh semangat supaya dia bisa mencapai akhir hidupnya dalam
kebahagiaan.
Namun, dia harus tunduk pada takdir. Baik Harvey ataupun orang itu tidak membiarkannya menjalani hidup yang dia inginkan.
Berulang kali Selena berusaha keluar dari kegelapan, tetapi berulang kali pula dia dijebloskan kembali ke dalamnya. Selena
merasa begitu tersiksa.
Selena tidak rela terus–terusan diperlakukan seperti ini, jadi dia berusaha merangkak hingga keluar dari
kegelapan.
Dalam usahanya itu, kenyataan berulang kali menamparnya dengan keras.
Dunia ini memang gelap dan tidak adil. Selena Jadi merasa percuma saja dia berharap.
Selena pun menatap Harvey dengan tenang sambil berkata, “Satu–satunya cara yang terpikir olehku

untuk membuka belitan rantai ini adalah benar–benar mengakhiri hubungan kita. Kalau aku mati, hubungan terkutuk di antara
kita ini juga akan berakhir. Selamat tinggal, Harvey.”
“Jangan, Seli!”
Namun, tidak ada lagi yang membuat Selena bertahan. Dia memalingkan pandangannya dari Harvey sambil menjatuhkan
tubuhnya ke belakang.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.