Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Chapter Bab 296



Bab 296
“Selena.”
Olga menggosok matanya. Beberapa hari terakhir ini, dia sudah beberapa kali berhalusinasi seperti ini.
Ketika dia kembali sadar, sosok Selena sudah menghilang.
Ternyata pada akhirnya memang hanya khayalannya sendiri.
Olga menggelengkan kepalanya dengan putus asa dan berjalan ke kerumunan dengan payungnya. Tiba-
tiba selembar kertas jatuh dari rangka payung, yang kebetulan ditangkap oleh Olga.
Tulisan tangan yang dikenalnya.
‘Jaga diri kamu baik–baik.”
Satu kalimat yang begitu sederhana dan ditulis dengan terburu–buru, jika dilihat dari coretannya yang
berantakan.
Olga menutupi wajahnya dengan payung. Air mata masih mengenang di pipinya, tapi seulas senyuman juga muncul di
wajahnya.
Selena masih hidup dan ini caranya memberitahu Olga.

Olga tidak bodoh. Dia tahu bahwa Selena pasti tidak bisa menghubungi dirinya dengan cara biasa, jadi Selena menggunakan
cara seperti ini untuk memberitahu Olga bahwa Selena masih hidup.
Setelah mengetahui bahwa Selena baik–baik saja, Olga merasa lega dan memegang kertas tersebut
dengan kuat, seolah–olah kertas itu adalah harta karun yang tidak boleh sampai hilang.
Selama Selena masih hidup, Olga sudah bisa tenang.
Ketika payung itu diangkat lagi, wajah Olga kembali terlihat sedih.
Pertunjukan ini kembali dimulai, dia harus terus berakting.
Selena naik kembali ke dalam mobil. Isaac menggunakan ujung jarinya untuk menyeka air mata di sudut mata Selena. “Jangan
menangis, Kak Selena. Temanmu begitu berusaha untuk bisa melanjutkan hidup,
dia pasti akan bisa bahagia.”
Melihat Olga yang sudah berbaur dengan kerumunan orang, yang bahkan bayangannya pun sudah tidak terlihat, Selena
tersenyum kecil.
“Hmm, aku percaya.”
Olga mungkin bukan yang paling pintar dan berbakat, tetapi dia pasti yang paling berusaha dan bersemangat untuk maju.
Tanpa adanya seorang pria pun yang menahannya, Olga memiliki masa depan yang cerah.
ba–tiba sebuah pesan dan Lala Ferdinan masuk ke ponsel Selena.

Baru beberapa hari yang tatu, dia menghubungi Lala untuk menanyakan hasil penyelidikannya, Saat Mu Lala mengatakan
kepadanya bahwa mereka sudah hampir menemukannya.
Pesan tersebut dengan jelas menyatakan bahwa orang yang mencuri dan menggunakan ponsel di perusahaan saat itu adalah
Sandra.
Sandra.
Selena langsung terbayang wajah tegas seseorang, yang merupakan ketua kelompok B yang sering meremehkan dirinya.
Awalnya Selena mengira Sandra hanya cemburu padanya seperti orang lain karena Selena tiba–tiba mendapatkan proyek.
Kalau Sandra juga adalah mata–mata yang dibayar oleh orang tersebut, maka Selena bisa mengerti mengapa Sandra
memusuhinya.
Tunggu sebentar.
Selena tiba–tiba teringat pada selembar kertas berisi profil data seorang pemuda tinggi dan kurus bernama Sandro.
Setelah dipikir–pikir, Sandro dan Sandra terlihat lumayan mirip, bahkan nama mereka sangat mirip, mungkinkah ada hubungan
di antara mereka?
“Kak Selena, kenapa kamu bereaksi seperti itu?”
Selena berkata dengan ekspresi cemas, “Isaac, aku bisa minta tolong kamu untuk mencari dua orang?”
“Tentu saja, sebutkan saja siapa, Kak.”
Malam itu juga, Isaac membawa berita. Seperti yang Selena duga, Sandra dan Sandro memang saudara kandung!
Dan nenek kedua orang itu masih tinggal di rumah lama mereka di desa. Kalau anak–anak Jane Hasibuan masih hidup,
mungkin mereka berada di rumah nenek ini.
Selena melihat sekilas foto rumah tersebut, ternyata tempat itu adalah desa yang George bilang hendak dia kunjungi sebelum
berangkat waktu itu.
George menghilang setelah memberi instruksi kepada Selena. Mungkinkah George mengalami masalah di desa atau
identitasnya sendiri yang membawa bahaya?

Selena tidak tahu jawaban atas semua pertanyaan ini,
Namun, yang dia tahu pasti, asalkan dia bisa menemukan anak itu, maka dia akan bisa membuktikan bahwa Jane Hasibuan
menjadi gila gara–gara Sandro, bukan karena Arya.
Kenapa dia baru sadar masalah ini pada saat seperti ini?
Selena sangat gelisah seperti cacing kepanasan.
“Kak Selena, tadi aku mendapat kabar bahwa Paman Arya sudah naik kapal,”
Isaac menatap Selena, “Kak Selena, ada apa? Kenapa kamu begitu gelisah?”
Pada saat itu, ponsel Selena bergetar lagi, pesan lain dari Lala,
Selena dengan cepat melihat pesan tersebut. Isinya menyatakan bahwa Sandra mengajukan pengunduran diri secara sukarela
karena dia akan meninggalkan Kota Arama.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.