Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Chapter Bab 269



Bab 269
Agatha terkejut sejenak, kemudian baru menyadari maksud lawan bicaranya, “Apa maksudmu? Bukankah kamu bilang ingin
bekerja sama denganku?*
“Bekerja sama?”
Orang itu tertawa sinis, “Memangnya kamu pantas?”
Rasa panik menyergap Agatha dan ekspresinya terlihat sangat buruk. Sudut mulutnya juga mulai bergetar, “Kamu, kamu tahu
siapa aku? Suamiku Harvey Irwin. Kalau kamu berani menyentuhku, dia pasti tidak akan membiarkanmu begitu saja.
Selesai berbicara, Agatha merasakan sakit di tubuhnya. Orang tersebut menekan kakinya di pinggang Agatha.
Dari kecil hingga dewasa, selain ketika dia ditampar oleh Selena, mana pernah dia mengalami penghinaan seperti ini.
“Aku peringatkan, lebih baik kamu memikirkan nyawamu sendiri sebelum mencoba menyakitiku... argh!”
Belum selesai berbicara, kaki di pinggangnya ditekan semakin kuat, Agatha langsung merasa kesakitan
dan meringis.
“Sebaiknya kamu pikir–pikir dulu, apakah kamu pantas dibiarkan hidup atau tidak. Dalam hal ini, kamu tidak lebih baik dari
Selena. Lihat, dia tidak membuatku marah.”
Pada saat ini, Agatha baru menyadari bahwa Selena dan dirinya berada dalam situasi yang sama, Tujuanmu sejak awal bukan
hanya Selena, tetapi kami berdua?”

“Tentu saja.”
Dari suara lawan bicaranya, tidak terdengar jelas apakah orang tersebut adalah laki–laki atau perempuan. Kalau begitu,
tampaknya hanya ada dua kemungkinan, mungkin orang ini adalah rival mereka dalam percintaan, sehingga menargetkan
Selena dan dirinya.
Atau mungkin musuh Harvey, yang ingin memanfaatkan kesempatan untuk mengancam Harvey.
Yang mana pun jawabannya, akan sulit baginya untuk bisa keluar dari tempat ini hidup–hidup hari ini.
Begitu memikirkan hal ini, Agatha menjadi panik dan kehilangan keberanian yang sebelumnya. ditunjukkan. Dia kemudian mulai
memohon ampun, “Tolong lepaskan aku, aku benar–benar tidak ingin mati! Aku punya dua anak, aku tidak boleh mati.”
Lalu suasana berubah, dan Agatha melanjutkan, “Kalau harus ada yang dibunuh, bunuh saja Selena. Dia adalah mantan istri
Harvey dan juga wanita yang paling dicintai oleh Harvey.”
Kalimat ini membuat Selena merasa seperti dihantam oleh sebuah palu besar di ulu hatinya.
Dia tidak pernah menyangka bahwa akan tiba harinya di mana Agatha yang harga dirinya begitu tinggi itu, akan mengatakan
dengan mulutnya sendiri bahwa Harvey mencintal Selena.
Lawan bicaranya terdengar mendengus pelan dengan nada yang terkesan sangat jijik.
“Wanita yang akan segera bertunangan dengan Harvey bisa–bisanya berkata seperti itu, sungguh menggelikan.”
“Beneran, aku tidak bohong.” Agatha tidak peduli dengan harga dirinya asalkan dia bisa bertahan hidup. “Meskipun Harvey
bertunangan denganku, tapi sebenarnya dia tidak mencintalku sama sekali.”

“Kalau tidak mencintaimu, kenapa dia bertunangan denganmu?”
“Karena ...” Agatha sempat ingin mengatakan yang sebenarnya, tapi dia menahan diri dan mengubah kata–katanya, “Karena
aku tidak sengaja mengandung anaknya, jadi dia terpaksa menikahiku.”
Orang itu mengulurkan tangannya dan menepuk–nepuk wajah Agatha, “Kamu tidak perlu begitu pesimis. Dia yang akan
menentukan siapa dari kalian yang hidup dan siapa yang mati.”
Agatha terkejut. “Apa maksudmu?”
“Bukannya kamu paling suka diberi pilihan? Hari ini aku akan mengulanginya untukmu, bagaimana? Sebenarnya aku lebih
penasaran.
Orang itu mengantung nada di penghujung kalimatnya, “Kalau hal yang sama terjadi, apakah Harvey akan membuat pilihan
yang sama seperti dulu?”
Ekspresi Selena dan Agatha berubah drastis. Mereka langsung mengerti apa yang akan dilakukan oleh pihak lawan.
Orang itu mengangkat kakinya dari tubuh Agatha. Menyadari orang itu tidak sedang bercandal dengannya, Agatha tiba–tiba
ketakutan dan mulai menangis dengan suara keras, sambil berteriak memohon agar dia tidak dibunuh.
*Jangan takut, aku hanya ingin bermain sebuah permainan dengan kalian, sebuah permainan... hidup.
dan mati.”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.