Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Chapter Bab 120



Bab 120
“Diam.”
“Harvey, hanya aku yang paling cocok denganmu. Selena hanya menyukai uangmu. Selama kau memberinya uang, siapa pun
juga bisa melakukannya.”
Harvey mengabaikannya dan langsung pergi.
Agatha yang kesal lantas menggoyangkan gelas anggur merahnya ke sisi lain dan membisikkan beberapa kata ke telinga Alana.
Alana terbiasa membual saja. Bahkan belum melakukan apa pun wajahnya sudah gugup. “Be... benaran mau melakukan
seperti itu?”
Agatha tersenyum dan berkata, “Alana, sebenarnya aku selalu percaya padamu. Kupikir kamu adalah orang yang bisa
melakukan hal–hal luar biasa, Kalau kamu melakukan ini untukku, aku bisa berjanji bahwa Rumah Sakit Cintagatha bisa menjadi
bagian dari keluargamu.”
“Jangan khawatir, aku pasti enggak akan mengecewakanmu, Kak Agatha,”
Agatha tersenyum puas. Manusia akan melakukan apa pun demi uang seperti burung melakukan apa pun demi makanan. Inilah
kenyataannya.
Selena, bagaimana kamu bisa melawanku dengan tangan kosong?
Selena dan Isaac duduk selama beberapa saat lagi. Isaac adalah pria yang sangat perhatian. ” Acara ini belum dimulai.
Makanan di kapal ini sangat enak, apa Kak Selena mau makan bersama? Ada banyak hal tentang kucing itu yang ingin
kuceritakan padamu.”
Selena melihat jam dan memang masih terlalu dini untuk menyajikan hidangan utama.
“Baiklah.”
Keduanya pergi ke restoran bersama dan mata Harvey terus tertuju pada Selena.

Seli, berani sekali kamu!
Dia mulai menyesal karena telah melepaskan Selena. Dia tahu bahwa Selena selalu menjadi
pusat perhatian di mana pun dia berada.
Harvey mendengus sinis, “Cari tahu dari mana anak kecil itu muncul.”
“Baik, Tuan Harvey.”
Di restoran, suara biola yang merdu terdengar dan ada ribuan jenis makanan dari berbagai negara. Isaac menghampiri area
makanan penutup dan mengambil setumpuk kue mousse untuk Selena.
Seingatku Kak Selena sangat menyukai kue.”
“Ingatanmu memang bagus, tetapi orang-orang yang sudah tua enggak lagi terbiasa dengan makanan mánis seperti ini.”
“Apa Kakak sedang bercanda denganku? Kakak tahun ini baru saja berusia 21 tahun, usia yang
masih muda.”
Saat itu dia melangkahi beberapa kelas dan lulus kuliah paling muda dari teman seangkatannya.
Negara Arama mengatur bahwa seseorang bisa menikah pada usia 18 tahun. Selena terkejut ketika mendengar usianya sendiri.
Ternyata aku baru berusia 21 tahun.”
“Iya, orang lain seusia ini belum lulus kuliah. Kakak masih muda, kamu belum tua sama sekali.
Isaac tersenyum dengan gembira, dia dipenuhi semangat milik remaja berusia delapan belas atau sembilan belas tahun.

Meskipun Selena hanya lebih tua satu atau dua tahun darinya, tetapi dia merasa bahwa hatinya sudah seperti orang tua yang
tanpa riak sedikit pun.
Selena menunduk dan melihat apa yang dipegang oleh Isaac, memang semuanya adalah makanan favoritnya tiga tahun yang
lalu.
Itu hanya tiga tahun.
Apa yang sudah dia alami.
“Kak Selena, lihatlah, salju, salju yang indah sekali.”
Pemuda itu penuh dengan semangat. Di satu detik dia sedang membicarakan makanan bersamanya dan di detik berikutnya dia
sudah menunjuka ke luar jendela dengan gembira.
Isaac menarik Selena ke geladak penuh semangat. Di bawah cahaya kuning, salju tebal itu
beterbangan dengan tenang.
Selena mengulurkan tangannya dan setitik salju jatuh di telapak tangannya.
Dia teringat akan hari itu, keadaannya persis seperti saat ini dengan salju lebat bagaikan bulu
angsa.
Agatha berdiri di geladak bersama dia, dengan senyum sombong di wajahnya dia berkata, “Selena, bagaimana kalau kita
bertaruh? Jika kita jatuh ke laut pada saat yang sama, siapa yang akan

diselamatkan Harvey?”
Setiap kali Selena memikirkan kejadian, hatinya terasa sakit sekali.
Dia menggenggam pagar dengan erat, matanya penuh dengan rasa sakit.
Ekspresinya membuat Isaac ketakutan
2/3
“Kak Selena, apa yang terjadi denganmu?”
Pikiran Selena terlepas dari kenangan yang menyakitkan itu, dia melihat lautan yang tak berujung di bawah kakinya, bagaikan
monster di malam hari yang dapat menelan segalanya.
Dia menahan rasa sakit di matanya dan suaranya menjadi lebih lembut.
“Isaac, usia kucing itu enggak akan lama lagi, dia sudah sangat tua.”
Isaac melihatnya dengan bingung. “Karena itu aku akan merawatnya dengan baik. Kakak jangan
khawatir”
“Kalau dia mati, tolongg kubur dia di bawah pohon plum milik Keluarga Bennet.”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.