Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Chapter 447



Bab 447
Setelah mengetahui Selena hamil, Harvey merasa tersiksa setiap saat. Dia menekan dalam–dalam sifat brutal pada dirinya
karena takut melukai Selena.
Meskipun begitu, amarah di dalam hatinya makin menjadi–jadi seiring berjalannya waktu. Kecemburuan membuatnya berubah
total.
Dia terus–menerus menanyakan pada diri sendiri, mengapa janin itu bukan anaknya sehingga dia tak perlu tersiksa seperti ini.
Chandra membalut luka Harvey sembari menenangkannya, “Tuan Harvey, tenanglah. Jangan melu
diri sendiri.”
Harvey tersenyum pahit. “Chandra, kalau hal ini terjadi sama kamu, apa yang bakal kamu lakukan?”
“Tuan Harvey, saya masih belum punya istri, jadi saya nggak berani berasumsi. Saya nggak bisa kasih saran yang baik,”
Chandra tahu, Harvey sekarang ibarat orang kelelahan yang mengemudi di jalan tol dengan kondisi tegang sehingga membuat
sedikit kesalahan saja bisa berakibat pada kecelakaan maut.
Dia tak berani memberi saran apa pun.
Alasan Selena dan Harvey bisa berada di situasi seperti ini adalah karena Lanny.
Bagaimanapun, sebagai keluarga, dia harus memperlakukan sanak keluarganya secara adil. Meski Lanny tak mampu
menanggungnya lagi, dia adalah adik yang dicari–cari oleh Harvey selama bertahun- tahun.

Dendam ini tak mungkin bisa hilang. Selena tak akan pernah memaafkannya seumur hidup.
“Saya cuma mau bilang, Nona Selena sudah pernah kehilangan bayinya dan butuh waktu lama untuk dia memulihkan diri. Dia
sangat suka anak–anak dan baginya, anak ini ibarat nyawanya. Kalau Anda sembarangan mencelakai janin itu, takutnya...
Chandra merasa masalah ini akan makin parah dan akhir kisah Harvey dan Selena tak akan seperti yang diharapkan.
“Tentu saja, aku tahu.”
Dia baru saja mengetahui bagaimana Selena bisa bertahan dari cerita Lian. Selena lebih mementingkan nyawa anaknya
daripada siapa pun.
*Aku nggak tahan melihatnya mengandung anak haram dari orang lain. Kalau nggak segera diatasi, anak haram itu akan
tumbuh besar. Aku bakal tersiksa setiap kali melihatnya karena aku anggap dia sebagai simbol pengkhiatan Sell.”
+15 BONUS
Chandra menepuk–nepuk punggung tangannya. “Tuan Harvey, tenanglah. Anda beneran nggak bisa usaha dulu, buat menerima
anak itu?”
Melihat ekspresi tersiksa Harvey, Chandra merasa tak bisa lepas tangan. Dia mulai memberi semangat kepada Harvey.
“Kalau Anda ingat–ingat, Nona Selena dan Anda waktu itu ‘kan sudah bercerai, jadi sebenarnya dia sudah bukan milik Anda.
Berarti Nona nggak selingkuh dari Anda.”
Pada titik ini, Chandra melirik Harvey yang sedang mengernyitkan dahinya. “Apa sikapku dulu benar- benar keterlaluan, ya ke
dia?”

“Ya.”
“Jadi, situasi sekarang merupakan akibat dari kesalahanku sendiri, ya.”
“Tuan Harvey, maksud saya nggak gitu. Saya cuma mau bilang, masalah ini sudah terlanjur terjadi, kita nggak bisa ubah apa
pun. Satu–satunya hal yang bisa dilakukan cuma menerimanya. Anda harus berusaha memperbaiki hubungan dengan Nona.”
Meskipun Chandra bilang dia tak bisa memberi saran, setiap perkataannya seperti mencuci otak Harvey.
Kalau mencintai seseorang, maka harus mau juga menerima anak yang dikandungnya. Melukai anak haram itu sama saja
melukai Selena.
Cara ini merupakan solusi terbaik menurut Chandra. Tak mungkin membiarkan Selena melakukan aborsi lagi dan melukai
perasaannya, “kan?
Harvey bersandar di kursi dengan wajah muram dan membiarkan Chandra membalut lukanya. Ekspresi
Harvey saat ini membuat semua orang yang melihatnya kesulitan untuk menebak suasana hatinya.
Chandra tak berani mengatakan apa–apa lagi, menurutnya, Harvey membutuhkan waktu untuk
mencerna masalah ini.
Kalau dia tak mampu melewati rintangan di hatinya sendiri, cepat atau lambat Selena akan berada
dalam bahaya.
Namun, kalau Harvey berhasil melewatinya, hubungan mereka berdua akan menjadi sangat erat.
Chandra sebagai penonton juga jadi merasa cemas dengan hubungan mereka berdua.
Semoga hubungan mereka lancar kelak.
Dia melihat luka di tangan Harvey dan berpikir. Kalau terus seperti ini, Harvey akan bernasib sama
seperti ibunya.
Menjadi orang gila yang melukai orang lain dan diri sendiri.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.