Chapter Bab 111
Bab 111 Kehilangan Kendall
Ketika dia mendekat, Kayla pun tersadar. Matanya tertuju pada bibir Theo yang Indah, Dia otomatis bersandar ke belakang, tetapi begitu dia bergerak, Theo sudah merangkul pinggangnya dan
memeluknya. “Sepuluh menit.”
Kata–katanya ini sangat ambigu, tetapi Kayla paham.
Kayla tidak asing dengan aroma tubuh Theo. Meskipun mereka tidak pernah melakukan Interaksi mesra, mereka sering bertemu selama tiga tahun ini. Kayla bersandar di dadanya dan dapat mendengar detak jantungnya yang stabil.
Dalam sekejap, ruangan menjadi hening.
Saat ini, Kayla sama sekali tidak berniat untuk menjauhkan Theo. Mungkin karena perselisihan yang melelahkan tadi menguras banyak tenaganya.
Dia merilekskan tubuhnya dan bersandar ke tubuh Theo dengan luwes. “Dia juga pernah
memperlakukanku seperti ini.”
Mungkin karena sudah lama berlalu, Kayla perlu berpikir keras untuk mengingat kembali kenangan itu.
Dia berbicara dengan sangat lambat, tetapi Theo tidak menyelanya, bahkan tidak menunjukkan sedikit
pun ketidaksabaran.
Kalau para pejabat eksekutif Perusahaan Oliver yang belakangan ini terus dimarahi Theo melihat
adegan ini, mereka pasti mengira mereka sedang berkhayal di siang bolong!
“Saat itu, aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Temanku menuduhku mencuri barangnya. Saat
berdebat, temanku mendorongku hingga jatuh dan kepalaku pun terbentur ke sudut meja. Setelah guru mengetahui pertengkaran kami, orang tua kami dipanggil. Keponakan, kakek dan nenek dari kedua orang tuanya datang, total ada dua puluhan orang yang berkumpul di kantor guru. Saat itu, dia melawan begitu banyak orang sendirian, dia bahkan memukuli teman sekelas yang nggak mau mengaku sudah menjebakku itu. Temanku itu dipukuli hingga memar.”
Setelah dipikir–pikir, dia tidak dapat mengingat momen itu dengan jelas. Ingatan yang paling mendalam
adalah ketika Martin menghukumnya karena Viola ….
Theo tidak bersuara, hanya mengulurkan tangannya untuk menepuk kepala Kayla.
Theo menatap ke bawah, terlihat kulit putih Kayla yang halus dan bibir merah di bagian bawah wajahnya. Sikapnya yang lembut dan patuh seperti sekarang ini jauh lebih manis daripada biasanya.
Sungguh membuat orang ingin… menciumnya.
Namun, pikiran ini hanya melintas di benak Theo, dia masih bisa menahan diri.
Sepuluh menit berlalu, sikap Kayla langsung berubah drastis. Dia mendorong Theo, lalu memegang
perutnya yang keroncongan sambil berkata, “Kenapa makanan belum disajikan? Aku sudah lapar.”
Theo mencibir. “Seharusnya kamu mati kelaparan saja.”
Tak lama kemudian, pelayan mulai menyajikan makanan. Kini, meja sudah terisi penuh.
Tadi Kayla baru saja mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki nafsu makan, tetapi dia sangat lahap. Sebaliknya, Theo yang mengajaknya makan hanya makan beberapa suap dan sudah meletakkan
peralatan makan.
Setelah kenyang, orang jadi mudah mengantuk. Begitu masuk ke dalam mobil yang hangat, Kayla
segera tidur dengan posisi miring. Dia bersandar ke jendela. Seiring dengan guncangan di sepanjang
jalan, kepalanya terus terbentur hingga mengeluarkan suara “buk buk“.
Theo memejamkan mata. Setelah menahan diri sejenak, dia pun mengulurkan tangannya untuk menarik Kayla bersandar di bahunya.
Tubuh Kayla yang lembut bersandar padanya dan gairah yang sudah dia tahan selama di restoran pun kembali muncul. Setelah menatap ke bawah, dia pun menundukkan kepalanya untuk mencium bibir
yang memerah karena kepanasan itu
Setelah mencium Kayla, Theo hampir kehilangan kendali. Kalau bukan karena akal sehatnya
memberitahunya bahwa dia masih berada di mobil dan ada Dafa di sini, dia pasti sudah melanjutkan
aksinya.
Theo melepaskan Kayla, lalu berbalik ke arah jendela. Dia memejamkan matanya untuk menyingkirkan dorongan yang muncul secara tiba–tiba itu.
Dafa yang berada di barisan depan pun menjadi agak lega. Aksi Theo sungguh menyulitkan orang tual yang sudah bau tanah ini!
Selama seminggu ke depan, kehidupan Kayla sangat damai, tidak terjadi masalah apa pun.
Entah karena peringatan Theo efektif atau karena Martin sadar bahwa dia tidak akan bisa mendapatkan
apa–apa dari Kayla, dia tidak membuang–buang waktu untuk mencari Kayla lagi.
Kayla pun tidak mengikuti perkembangan masalah Viola, dia bahkan tidak tahu apakah masalah itu
sudah teratasi. Namun, melihat Martin berusaha kuat untuk melindungi Viola, masalah itu pasti sudah
mereda.
Hari ini, Evi menelepon Kayla dan meminta Kayla untuk menemaninya pergi ke sebuah acara pelelangan. Kayla hendak menolak, tetapi Evi sudah menunggu di bawah.
Sebelum keluar, dia mengambil kunci mobil yang dia kendarai dari Vila Aeris. Karena harga mobil itu sangat mahal, setiap dikendarai akan menarik perhatian banyak orang. Meskipun tidak digunakan, dia tetap harus membayar biaya parkir. Selain itu, dia juga tidak bisa menjual mobil itu karena mobil itu bukan miliknya.
+15 BONUS
Selain mengembalikan mobil ini kepada Theo, Kayla juga berencana untuk mengembalikan uang yang Theo berikan untuk memutus hubungannya dengan Martin.
Karena Evi memarkir mobil di tempat yang cukup lapang, Kayla bisa langsung menemukannya. Kayla langsung membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Melihat Evi yang tampak sedih dan lemas, Kayla pun bertanya dengan heran, “Bu, ada apa denganmu? Apa ada yang nggak nyaman?”
Setelah mengumumkan perceraiannya dengan Theo, hal yang paling dia khawatirkan adalah kesehatan
Evi.
Evi melirik apartemen yang ditempati Kayla sekarang, lalu menggelengkan kepalanya dengan ragu–ragu.
“Nogak, Ibu baik–baik saja. Jangan khawatir.”
Evi mengetahui tempat ini. Davin sempat menanyakan pendapat Theo sebelum membelinya. Saat itu. Evi kebetulan mendengar pembicaraan mereka.
Mereka… sudah tinggal bersama?
Kayla bertanya, “Bu, kamu kok tahu aku tinggal di sini?”
“Aku bertanya pada Theo, dia yang memberitahuku.” Theo tahu Kayla tinggal di apartemen Davin, tetapi dia sama sekali tidak cemburu. Sepertinya istrinya akan segera menjadi milik orang lain.
Haih, tidak boleh dipikirkan. Sungguh menyakitkan.
Setelah termenung sejenak, Evi pun berkata, “Kayla, meskipun hubungan kalian sangat dalam, jangan terlalu menurutinya. Bagaimana kalau dia nggak menyayangimu setelah mendapatkanmu? Meskipun anak itu nggak terlihat seperti pria yang suka mempermainkan wanita, jangan terburu–buru. Tunggu
kamu dan Theo….”
Dia membuka mulutnya, tetapi tidak mengucapkan kata cerai. “Saat itu tiba, Ibu akan membantumu menangani hal ini agar dia menikahimu dengan meriah.”
Mendengar ucapan ini, Kayla pun kebingungan. “Apa yang Ibu bicarakan?”
“Bukankah kamu dan Davin sudah pacaran?”
“Ibu dengar dari mana?” Kayla kebingungan. “Aku dan Davin hanya berteman. Aku juga hanya tinggal di
sini untuk sementara waktu, aku membayar biaya sewa kok.”
Evi langsung bersemangat. Dia yang sudah murung selama beberapa hari pun menjadi ceria. “Baguslah kalau begitu. Lokasi rumah ini bagus, kamu harus membayar lebih, jangan sampai berutang budi padanya. Nanti Ibu akan mentransfer beberapa miliar untuk kamu gunakan.”
Benda yang dilelang di acara ini adalah perhiasan dan barang–barang sejenisnya. Acara ini diadakan di hotel bintang lima dan tamu–tamu yang diundang adalah tokoh–tokoh terhormat dari berbagai tempat.
Ketika Kayla pergi ke kamar mandi, Evi menunggunya di luar sambil mengobrol dengan teman. Terdengar seseorang berkata dengan kaget, “Huh, bukankah dia itu penàri? Sepertinya dia memegang