Chapter Bab 102
Bab 102 Kalau Dia Tidak Setuju, Paksa Saja
Kayla mengatupkan bibirnya dan tidak bersuara. Ketika Theo mengira Kayla sudah sadar dan mengenalinya, Kayla tiba–tiba mendorong wajah Theo ke belakang sambil berkata dengan kesal,” Menjauhlah dariku, menyebalkan sekali.”
Melihat adegan ini, Dafa ketakutan. Meskipun Kayla bukanlah orang yang lemah lembut, dia tidak pernah sekasar ini.
Dia khawatir Theo akan marah dan langsung meninggalkan Kayla di sini.
Theo menahan amarahnya dan membuka pintu mobil untuk memasukkan Kayla ke dalam mobil. Kemudian, dia pun masuk dan berkata, “Pulang ke Vila Aeris.”
“Aku nggak mau pergi ke Vila Aeris.” Sekalipun Kayla mabuk, Kayla masih mengenali tempat itu. “Aku mau pulang ke Sentosa, antar aku pulang ke Sentosa.”
Sentosa adalah nama apartemen yang ditempati Kayla sekarang.
Mendengar nama ini, Theo otomatis mengingat pemilik apartemen ini. Suatu bayangan gelap muncul di benaknya, dia mengabaikan Kayla, lalu menoleh ke arah jendela sambil memejamkan mata untuk
beristirahat.
Kalau sekarang Kayla sadar, dia dapat melihat betapa sabarnya Theo. Kerutan di alis Theo sudah bisa membunuh seekor lalat, tetapi orang yang sedang mabuk tidak pandai membaca ekspresi. Dia hanya tahu bahwa … Theo mengabaikannya.
“Bicara.” Kayla melayangkan tangannya ke arah Theo, tetapi sebelum mengenai Theo, tangannya sudah ditangkap oleh sebuah tangan yang lincah.
Urat di kening Theo berdenyut, dia berteriak, “Diam.”
Kayla memandangnya dengan sedih. “Kamu memarahiku.”
Theo terdiam.
Akhirnya, dia mengerti bahwa secerdas dan seanggun apa pun seseorang, kalau sedang mabuk tetap
tidak masuk akal.
“Kamu memarahiku.”
Theo membantah, “Aku nggak memarahimu….”
“Plok!” Kayla tiba–tiba melayangkan tangannya lagi. Kali ini Theo tidak menghentikan Kayla dan pukulan itu langsung mengenai leher Theo. Kukunya menggores jakun Theo hingga luka. “Ngomong baik–baik.. jangan memarahiku. Diam!”
Dia tiba–tiba berubah dari gadis malang menjadi boneka yang galak.
+15 BONUS
Ekspresi Theo sangat muram. Dia melepas dasinya dengan ekspresi datar, lalu mengikat tangan Kayla
menekan tangan Kayla ke pangkuannya. ”
bergerak.”
Justru aneh kalau Kayla menurut. Theo menyuruhnya tidak bergerak, tetapi dia malah meronta hebat!
“Cepat lepaskan aku!”
Kayla terus menggesekkan tangannya di kaki Theo hingga membuat Theo mengerutkan bibir sambil menelan air liur.
Dia melihat ke luar jendela dengan pasrah dan membiarkan Kayla meronta.
Tak lama kemudian, sepertinya Kayla kelelahan hingga menghentikan aksinya. Namun, situasi ini bertahan kurang dari lima menit. Dia tiba–tiba mendekat dan menempelkan telinganya ke dada Theo.” Jantungmu berdebar kencang….”
Theo mendorongnya menjauh sambil berkata dengan nada dingin, “Diam, duduk yang baik.”
Kayla menjilat bibirnya, lalu berkata, “Aku ingin minum air.”
“Jangan keterlaluan, minum sendiri.”
Meskipun berkata demikian, Theo tetap menyuapinya dengan sabar. Theo bahkan menyuapinya pelan- pelan karena takut dia tersedak. Setelah dia mengerutkan keningnya untuk menolak, Theo baru berhenti..
Keheningan berlangsung selama beberapa menit…..
Kayla tiba–tiba bertanya, “Haruskah aku membantumu mengejar Raline?”
Theo sedang memikirkan cara untuk membungkam mulutnya!
“Sobat, jangan malu.” Kayla merangkul lehernya, lalu menariknya mendekat sambil berkata dengan ramah, “Kamu nggak bisa mendapatkan wanita dengan cara seperti ini. Dengarkan aku, kujamin hanyal dalam waktu satu minggu, Raline akan terpikat padamu.”
Melihatnya dari dekat, Theo teringat akan sesuatu. Dia teringat akan sebuah adegan, tetapi,
Dia tiba–tiba tertawa konyol dan menyingkirkan pikirannya. “Coba katakan bagaiamana cara mengejarnya?”
*Pertama–tama, kamu harus menidurinya.”
Di depan ada lampu merah, Dafa kaget hingga tidak bisa mengendalikan diri. Dia yang hendak menginjak pedal rem pun menginjak pedal gas.
Theo mengangkat matanya untuk melirik Dafa melalui kaca spion.
Dafa segera duduk tegak dan melihat ke depan. Kalau telinganya bisa ditutup, dia pasti akan menutup telinganya.
+15 BONUS
Kayla masih menjelaskan dengan serius. “Dia pasti nggak akan setuju, jadi paksa saja.”
Wanita sombong seperti Raline selalu bersikap suci dan enggan untuk menurunkan egonya. Jelas–jelas. dia bisa langsung berterus terang, tetapi dia malah bertele–tele dan berharap orang dapat memahami maksudnya. Sikapnya ini membuat Theo tidak menyadari perasaannya.
Bisa dibilang otaknya masih dalam tahap perkembangan.
Menikahinya akan menurunkan kecerdasan intelektual generasi berikutnya.
Namun, Kayla tidak mungkin menjelek–jelekkan Raline di hadapan Theo. “Lalu, dia pasti akan menangis tersedu–sedu. Saat itu tiba, kamu bersumpah padanya. Ucapkan semua kata–kata kejam seperti mati terpuruk, bersedia disambar petir, bertemu di kehidupan selanjutnya dan lain sebagainya. Kemudian, kamu cukup mengirimkan bunga, perhiasan, rumah dan mobil di hadapan tim tarinya. Lakukan seheboh mungkin. Pokoknya kalau dia bilang nggak mau, kamu tetap harus lakukan. Kalau dia bilang mau, kamu nggak boleh membangkang. Kalau dia menyuruhmu pergi, berarti dia menyuruhmu memeluknya dan menyayanginya. Berikan dia segala jenis barang mewah selama seminggu, kujamin dia akan cinta mati padamu!”
Mengenai apakah dia akan ditendang, tidak ada yang tahu. Bagaimanapun, hal ini pernah terjadi sebelumnya.
Theo memandang wajah Kayla yang merah dan menawan. Terlintas cahaya rumit di matanya. “Kamu sungguh memahaminya, bagaimana denganmu? Apakah kamu akan terpikat kalau pria mengejarmu seperti ini?”
Terpikat apanya! Dia malah merasa sangat jijik, apa Theo kira selera semua wanita sama seperti Raline!
Namun, Kayla mengangguk dengan tegas untuk meyakinkan Theo. “Ya, Sobat. Kamu harus bekerja keras.”
Theo mendengus dingin, lalu melepaskan tangan Kayla. “Pria nggak akan merangkul leher satu samal lain dengan begitu dekat.”
Kayla terdiam.
Kayla sudah menjelaskan panjang lebar, tetapi Theo tetap tidak memahami intinya. Pantas saja dicampakkan!
Dafa telah menjadi sopir selama puluhan tahun. Keterampilannya dalam mengemudi sangat stabil, suhu AC di dalam mobil juga sangat tepat, tidak terlalu panas maupun dingin hingga membuat orang mengantuk. Alkohol mulai memengaruhi kesadaran Kayla, Kayla tiba–tiba bersandar ke kursi dan tidur
Keesokan harinya, Kayla yang sedang bermimpi tiba–tiba membuka matanya.
Setelah menatap perabot di sekeliling, dia sadar bahwa dirinya berada di kasur kamar utama Vila Aeris.
+15 BONUS
Detik berikutnya, efek samping alkohol segera menyerangnya.
“Ck.”
Sakit kepala…..
Dia mengerutkan keningnya, lalu menggosok pelipisnya sambil bangkit dari kasur.
Kenapa dia berada di sini?
Ingatannya terhenti pada momen dia dan Bella minum alkohol. Dia tidak ingat bagaimana dia meninggalkan ruangan pribadi dan pulang ke sini.
Kayla menunduk untuk melihat dirinya sendiri. Pakaian di tubuhnya masih sama seperti semalam, hanya saja sudah kusut setelah tidur semalaman.
Ketika merasakan ada yang sedang menatapnya, Kayla pun melihat ke arah itu dan bertatapan dengan Theo yang sedang memegang ponselnya.
Kayla segera bangkit dari kasur dan berjalan menghampiri Theo dengan tergesa–gesa, dia bahkan tidak memakai sandal. Dia bergegas merebut ponselnya sambil berkata, “Kamu punya etika nggak? Bisa- bisanya membuka ponsel orang?”
Recharge Promo: 5000 Bonus Free