Chapter Bab 101
Bab 101 Slal, Sakit Sekall
Kayla tidak pernah melihat pria narsistik seperti ini!
Dia mendorong Theo dengan kuat. “Aku takut terkontaminasi dengan bakteri kotor.”
Melihat Theo duduk tegak dan menjaga jarak darinya, Kayla pun merasa lega. Dia menanggapi pertanyaan Theo tadi. “Apa maksudmu dengan kata lagi itu? Aku belum pernah mencari penggantimu.”
“Belum pernah?” Theo mengangkat alisnya sambil berkata dengan nada sinis, “Apa aku nggak termasuk? Aku sudah membayar ratusan miliar, kasur belum hangat sudah mau bercerai? Apa ada orang yang lebih malang dariku?”
Kayla terdiam.
Mulut Theo lebih beracun dari ular berbisa.
“Sebaiknya kamu singkirkan niat mencari pengganti. Kalau aku menemukanmu berhubungan dengan
orang lain di luar sana, nggak peduli siapa orang itu, dia akan mati dengan tragis.”
Dia menutup pintu mobil sambil memerintah, “Paman Dafa, antar Nyonya Kayla pulang.”
Kayla ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia menahan diri. Lupakan saja, untuk apa berbasa–basi dengan
anjing!
Setelah meninggalkan pengadilan, Kayla tidak pulang. Dia meminta Dafa mengantarnya ke toko b antik Bella…
barang
Melihat ekspresi sedihnya, Bella tahu bahwa gugatannya tidak berjalan lancar. Jadi, Bella pun tidak membahas hal ini. “Kebetulan kamu datang, ayo pergi minum–minum.”
Sebelum Kayla masuk, Bella sudah merangkulnya sambil berjalan ke luar.
Mereka sudah lama berteman, bagaimana mungkin dia tidak memahami maksud Bella? Dia berkatal dengan lesu, “Aku baik–baik saja.”
“Aku ingin. Entah apa yang terjadi pada ayahku belakangan ini. Dia ingin berhenti merokok dan minum. Ya sudah kalau dia ingin berhenti, tapi dia juga melarangku minum. Caranya mengawasiku seperti sedang mengawasi pencuri. Hari ini dia pergi dinas, jadi aku harus memanfaatkan kesempatan ini.”
Dafa langsung pergi setelah mengantar Kayla. Namun, ketika dia menoleh ke belakang, dia melihat Kayla dan Bella berjalan ke luar. Karena khawatir mereka akan membutuhkan mobil, dia pun berhenti. Alhasil, dia melihat mereka pergi ke sebuah tempat karaoke.
Setelah dipikir–pikir, dia pun menelepon Theo. “Pak Theo, Nyonya Kayla dan Nona Bella pergi ke tempat
karaoke.”
Theo menanyakan alamat lengkap, lalu mengingatkan, “Tunggu mereka di depan.”
+15 BONUS
Siang hari, jumlah tamu di tempat karaoke lebih sedikit dan jarang ada yang mabuk, jadi tidak terlalu
bahaya.
Theo tahu bahwa suasana hati Kayla buruk, minum alkohol dapat membantunya melampiaskan amarah.
Bella masuk bersama Kayla. Dia membuka tasnya, lalu memesan ruangan untuk sore hari dan malam hari. “Sajikan tiga botol bir dulu.”
Meskipun tempat ini tidak sebagus Vetro, lingkungan di sini cukup baik.
Saat melewati toko, Kayla membeli beberapa bungkus camilan, lalu memesan makanan di Grab.
Bella mengangkat gelasnya sambil berkata, “Hari ini, kita nggak akan pulang sebelum mabuk. Aku sudah mengirimkan alamat kita kepada sopirku. Nanti dia akan datang menjemput kita, jadi kita boleh minum
sepuasnya.
Karena pengalaman bertemu dengan orang mesum di Vetro sebelumnya, Bella menjadi agak takut. Meskipun orang itu mendapatkan pelajaran, dia dipukuli habis–habisan. Kali ini dia sudah merencanakan segala sesuatu yang harus direncanakan sebelum mabuk.
Dia meneguk habis segelas bir dalam satu kali teguk, Karena terlalu terburu–buru, dia tersedak hingga batuk beberapa kali. Kayla pun berkata, “Jangan minum sebanyak itu. Akulah yang perlu menggunakan
alkohol untuk menumpas kesedihan.”
“Aku di sini bukan untuk melihatmu bersedih karenanya. Begini, ayo bersulang. Gelas pertama untuk menyumpahi si berengsek Theo itu impotensi seumur hidup.”
Bagi pria, kutukan seperti ini sangatlah kejam.
Bella menyodorkan gelas di tangannya ke arah Kayla dan Kayla pun terpaksa meminumnya. “Kurasa kamu sedang mengutukku. Kalau dia impotensi, Raline pasti akan mencampakkannya. Aku sebagai Istrinya yang menderita.”
“Kalau begitu, semoga… mereka saling mencintai sampai tua.”
Alkohol adalah sesuatu yang sulit ditolak setelah dicicipi. Sebelum malam tiba, keduanya sudah mabuk
berat.
Bella yang merasa tidak nyaman pun mengerutkan keningnya. Karena sudah muntah dua kali, dia pun melambaikan tangannya sambil berkata, “Nggak sanggup lagi, kusuruh sopir datang menjemput kita.”
“Ayolah, kamu bilang kita nggak akan pulang sebelum mabuk….” Kayla mengangkat botol bir untuk menyulangi Bella. Namun, karena pandangannya sudah mulai kabur, dia tidak sengaja menghantamkan botol bir itu ke wajah Bella.
Bella memegang pipinya sambil berteriak kesakitan. “Kayla, cepat letakkan botol itu. Kalau kamu berani minum setetes lagi, aku akan menyerangmu….
“Klik.”
15 BONUS
Pintu ruangan pribadi dibuka, lalu sesosok tubuh yang tinggi dan kekar berjalan masuk. Karena tertutupi oleh cahaya terang di koridor, wajahnya tidak terlihat jelas. Setelah menutup pintu, dia berubah menjadi bayangan gelap.
Bella menyipitkan matanya untuk menatap orang yang datang dengan hati–hati, “Paman Anto, kamu datang di saat yang tepat. Aku akan menyuruh ibuku menaikkan gajimu, Bawa Kayla turun dulu, dia sudah mabuk berat, kemampuannya dalam minum alkohol sungguh buruk.”
Meskipun mereka sudah lama berteman dan sering minum alkohol bersama, ini adalah pertama kalinya Kayla mabuk berat.
Orang itu berjalan menghampiri Kayla, lalu mengulurkan tangannya untuk melemparkan botol bir kosong di tangan Kayla. Setelah itu, dia mengangkat Kayla dengan kasar.
Bella yang melihat dari samping pun kaget. Dia seolah–olah sudah tersadar dari pengaruh alkohol. Paman Anto, pelan–pelan. Haih, sepertinya Paman Anto tambah tinggi?”
Kayla berusaha keras untuk melepaskan tangan yang sedang memegangnya. “Jangan tarik aku, aku masih mau minum. Aku nggak mabuk, Bella ….”
Dia menoleh ke arah Bella. “Ayo minum lagi. Biar kuberi tahu, si berengsek Theo itu pengecut!”
Mata Theo dipenuhi dengan amarah. Hanya dalam setengah menit, punggung tangannya dipenuhi
dengan bekas merah yang dicakar oleh Kayla.
Dia menggertakkan giginya dan membungkuk untuk menggendong Kayla.
Kayla menggantung di bahunya dan perutnya ditopang oleh bahu Theo. Untungnya, dia baru saja muntah dan belum lanjut minum. Kalau tidak, dia pasti sudah muntah.
“Uek, jangan… jangan mengangkatku seperti ini. Aku mau muntah.”
Pada dasarnya, Kayla sudah pusing. Setelah digendong seperti ini, dia menjadi makin pusing.
Theo mengangkat Kayla keluar, lalu berkata pada Darius yang berdiri di luar pintu. “Antar dia pulang.”
Darius melirik ke arah Bella yang masih menyuruh Anto datang menjemputnya, lalu mengiakan. “Oke.”
Setelah diguncang di sepanjang jalan, akhirnya Kayla diturunkan sebelum pingsan. Dia mendorong orang di depannya, lalu membungkuk untuk muntah.
Namun, saat ini perutnya kosong. Sekalipun ingin muntah, dia hanya bisa memuntahkan air.
Theo yang berdiri di samping pun mengerutkan keningnya dengan kesal. “Lain kali masih mau minum lagi?”
Kayla memegang rambut di kedua sisi wajahnya agar tidak terkena muntahan. Mendengar ucapan ini. dia pun menyipitkan matanya sambil menatap Theo. “Siapa kamu? Kenapa suaramu terdengar sangat
familier?”
+15 BONUS
Karena mabuk berat, dia bahkan tidak bisa berdiri dengan kokoh. Matanya yang linglung masih memantulkan cahaya lampu tempat karaoke, seolah–olah ada dua mutiara yang tersembunyi di
matanya.
Dafa yang berdiri di samping menyerahkan sebotol air mineral. “Tuan Muda, suruh Nyonya Kayla minum
air dulu.”
Saat Theo hendak mengambil air itu, Kayla tiba–tiba mengulurkan tangan untuk menarik pipi Theo dan mendekatinya. “Bukan hanya suaramu yang familier, kamu juga mirip dengan si berengsek Theo itu.”
Dia menarik dengan kuat, sama sekali tidak mengontrol tenaganya. Selain itu, dia juga memalingkan wajah Theo ke kanan dan kiri untuk melihat dengan jelas. Alhasil, wajah Theo pun memerah.
Theo merintih kesakitan. Dia menurunkan tangan Kayla yang tidak sengaja mencakar wajahnya. “Mirip? Kayla, kamu benaran mabuk atau pura–pura mabuk?”
Kayla merasa tangannya akan segera putus, dia menyeringai sambil menggunakan tangan lainnya untuk mengambil air mineral di tangan Dafa. Setelah itu, dia melemparkan botol itu ke arah Theo.
“Sial, sakit sekali!”
Meskipun Theo pernah melihatnya mabuk, Theo tidak menyangka efek sampingnya akan makin parah.
Dulu, dia hanya mengumpat, sekarang dia mulai main tangan.
Theo menekannya ke mobil, lalu mengangkat salah satu kaki untuk menahannya. Kemudian, Theo meraih dagunya untuk mencuci mulutnya dengan air mineral. “Coba katakan padaku, kenapa kamu
menyebutku pengecut?”